Wednesday, 5 May 2021 | 15:13 Wita

Kriteria Pemimpin dan Akhlak pada Pemimpin

Editor: admin
Share

■ Oleh : Ust Drs H Nasri Buhari MPdKetua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Salah satu point penting dalam tujuh jati diri Hidayatullah adalah Imamah Jamaah. Kepemimpinan. Karena kehidupan itu membutuhkan keteraturan. Keterutan itu ditentukan oleh kepemimpinan. Maka kepemimpinan itu hakikat sebuah kehidupan.

Sebelum manusia diciptakan,  Allah pun lebih dahulu menciptakan sistem kepemimpinan. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 30, ketika Adam hendak diciptakan, Allah berdialog dengan malaikat tentang rencanaNya akan menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin, menjadi khalifah di muka bumi.

وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ‌ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Kepemimpinan itu bermakna imamah dijelaskan Allah dalam QS. Al-Baqarah Ayat 124

وَاِذِ ابۡتَلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ‌ؕ قَالَ اِنِّىۡ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ‌ؕ قَالَ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ ‌ؕ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِى الظّٰلِمِيۡنَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.”

Kepemimpinan juga bermakna sebagai amir termaktub dalam QS. An-Nisa Ayat 59

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَطِيۡـعُوا اللّٰهَ وَاَطِيۡـعُوا الرَّسُوۡلَ وَاُولِى الۡاَمۡرِ مِنۡكُمۡ‌ۚ فَاِنۡ تَنَازَعۡتُمۡ فِىۡ شَىۡءٍ فَرُدُّوۡهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوۡلِ اِنۡ كُنۡـتُمۡ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَـوۡمِ الۡاٰخِرِ‌ ؕ ذٰ لِكَ خَيۡرٌ وَّاَحۡسَنُ تَاۡوِيۡلًا

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Kepemimpinan juga bermakna sebagai wali sebuah wilayah menjadi pelindungnya. Juga bermakna sebagai malik/penguasa. Yang jelas kepemimpinan merupakan kebutuhan dasar manusia.

Lalu bagaimana kriteria seorang pemimpin menurut Islam, di antaranya

1. Fatonah (Cerdas)
Kecerdasan itu terbentuk dengan mengamalkan perintah iqra yakni banyak membaca dan belajar agar memiliki wawasan.

Namun bukan sekadar cerdas, tapi cerdas yang berdasarkan atas nama Allah (bismirabiq) sehingga dengan kecerdasan menjadi semakin tunduk dan takwa kepada Allah.

2. Siddiq
Karakter ini tertuang dalam surah Al Qalam dan Al Muzamil. Untuk bisa dipercaya maka seorang pemimpin harus yakin bahwa Quran sebagai pedoman hidupnya dan berakhlak al Quran, di antaranya memiliki kelembutan dan kasih sayang.

Sebagai pemimpin, Rasulullah telah memberikan teladan kelembutan akhlak yang tiada tara. Pada sebuah kisah yang mashur ketika rutin melayani seorang tua Yahudi, buta dan sering memaki-maki Rasulullah sebagai pemimpin ummat Islam.

3. Tabliq
Karakter tabliqh ini tertuang dalam surah al Mudatsir. Selalu menyampaikan kebenaran dan melarang pada kemungkaran.

4. Amanah
Karakter pemimpin ini salah satunya diperas dari saripati surah al Fatihah.

Bahwa setiap diri kita adalah khalifah sekaligus juga merupakan pihak yang dipimpin. Maka sepatutnya sebagai orang yang dipimpin mengetahui petunjuk dan akhlak bagaimana menjadi seorang rakyat yang dipimpin.

Hal itu dijelaskan Allah dalam surah al Hujurat ayat 1-4

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ – ١

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita untuk mendahulukan para pemimpin. Memberikan pelayanan terbaik kepada pemimpin.

Sebagaimana kisah shahabat Umar yang menawarkan anaknya Aisyah untuk diperistri, kepada dua shahabatnya Abubakar, Usman dan Ali. Namun mereka menolak karena mendahulukan Rasulullah.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ – ٢

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.

Ayat ini memerintahkan kita untuk tak berlebihan kepada pemimpin. Diantaranya tidak meninggikan suara di hadapan mereka. Sebagai salah satu bentuk akhlak terhadap pemimpin. Jika tidak mengamalkan akhlak inj, Allah ancam akan menghapus amal-amalnya.

اِنَّ الَّذِيْنَ يَغُضُّوْنَ اَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ امْتَحَنَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ لِلتَّقْوٰىۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ عَظِيْمٌ – ٣

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

اِنَّ الَّذِيْنَ يُنَادُوْنَكَ مِنْ وَّرَاۤءِ الْحُجُرٰتِ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ – ٤

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.

Dan jangan pula memanggil dan menyahut kepada pemimpin, tapi datangi dengan penuh hormat kepadanya. Wallahuallam.■ fir

* Catatan dari Kajian Manhaj Pengajian Itikaf di Masjid Umar al Faruq Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar, Rabu (5/5/2021)



BACA JUGA