Sunday, 9 January 2022 | 22:25 Wita

Kenikmatan Berhidayatullah

Editor: admin
Share

Oleh : Ahmad Sabil, Ketua Lembaga Pendidikan Integral Hidayatullah (LPIH) Parepare

HidayatullahSulsel.com — Salah satu kesyukuran kita bergabung di organisasi Hidayatullah, karena wadah ini memiliki visi yang besar dan mempunyai cita-cita besar, yaitu membangun peradaban Islam.

Cita-cita yang mulia, cita-cita untuk menegakkan keadilan, menghadirkan Islam yang menjadi rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam.

Untuk mencapai visi besar ini dibutuhkan potensi yang besar pula. Dibutuhkan kekuatan personal dan jamaah. Dibarengi ikhtiar dan senantiasa bermunajat kepada Allah agar terlibat membantu setiap usaha menggapainya. Inilah misi mulia untuk mencapai visi mulia.

Tidak seperti kebanyakan manusia pada umumnya yang mengejar dunia yang sedikit ini. Waktunya habis siang dan malam hanya memenuhi orientasi keduniaan. Pergi pagi dan pulang malam menjalani rutinitas tanpa visi yang jelas.

Sehingga tiba saat usia produktifnya lewat. Saat usia pensiun tiba. Berbagai penyakit pun menghampiri. Harta yang dikumpulkan ludes untuk mengobati penyakit yang menghampiri.

Tiba-tiba diri tersadar bahwa bukan ini kebahagiaan dan kenikmatan yang sejati. Barulah tersadar akan kelalaian selama ini. Ada hal yang terlupakan. Iya! Ilmu agama yang harusnya dipelajari, diamalkan dan diperjuangkan terabaikan.

Barulah tersadar akan potensi yang Allah berikan dan titipkan betul-betul tidak termaksimalkan. Apalah daya waktu tidak kembali lagi.

Sebenarnya manusia ini punya potensi yang besar melebihi apa yang ia fikirkan akan dirinya tersebut. Manusia bisa terbang layaknya burung padahal dia tidak bersayap. Manusia bisa menyelam layaknya ikan. Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk. Tidak lain punya tujuan yang besar.

Tujuan untuk mengangkat beban besar, menjadi khalifah, menjadi stabilisator di muka bumi ini. Di samping itu dengan mengangkat beban besar demi visi mulia maka fisik dan badan akan menjadi sehat.

Inilah kenikmatan besar di Hidayatullah. Kadernya diantar dengan sedemikian rupa melalui pola dan sistematika yang telah dilakoni oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya dalam menyajikan Islam ke tengah umat.

Kader diantar untuk mengangkat beban-beban besar di tengah segala keterbatasan dan kelemahan sebagai manusia.

Satu hal yang menjadi keyakinan setiap kader bahwa Allah tidak pernah terlambat terlibat membantu para hambaNya yang membela agamaNya. Saat kemenangan dan pertolongan silih berganti datang, para kader semakin yakin akan hal tersebut. Inilah kenikmatan sejati ber-Hidayatullah. Terasa iman dan pertolongan dari Allah Subhanahu wata’ala.(*)