Thursday, 17 February 2022 | 22:18 Wita

In Memoriam Ust Rusdin Muis : Tinggalkan Karir di Takaful Merintis Dakwah di Pelosok

Editor: admin
Share

HidayatullahSulsel.com — Almarhum adalah adik angkatan di Fakultas Ushuluddin UMI, tepatnya pada 1988-1993. Selepas kuliah beliau langsung ikut merintis Asuransi Takaful Makassar, letak kantor Yayasan Al-Bayan dan Asuransi Takaful berhadap-hadapan hanya diantarai oleh Jalan Poros Bawakaraeng.

Awal 1995 saya sendiri sudah ditugaskan untuk melanjutkan rintisan Ponpes Hidayatullah Sorowako sekarang Towuti. Mulai dari ust Mahdi Coleng, kemudia dilanjutkan oleh ust tiga muda yaitu ust Muh Tang sekarang ust DR Khairul Amri, ust Afifuddin kemudian beliau bertiga ditarik untuk ikut nikah murak di Gutem, Kaltim. Lalu dilanjutkan ust Yusuf Gatti kemudian saya sendiri.

Dua tahun kemudian saya bertemu ust Rusdin di Makassar, setelah berbagi pengalaman akhirnya saya mengajaknya ke Sorowako, waktu itu ust Abu Bakar sudah satu tahun di Hidayatullah dengan anak istrinya serta adiknya ust Rusdin Al-Faruk Muis yang sekarang menjadi pengurus Hidayatullah Sila, Bima.

Alhamdulillah ajakan saya ternyata disambut dengan penuh suka-cita bahkan ust Rusdin langsung mengundurkan diri dari Asuransi Takaful demi bergabung dengan lembaga perjuangan ini.

Selayaknya kampus rintisan Hidayatullah Towuti yang waktu itu masih hutan lebat dengan cuaca yang sangat dingin tetap harus menghidupkan kultur Hidayatullah khususnya mengambil spirit Gunung Tembak, yaitu kerja keras, ibadah keras dan belajar keras.

Belum genap setahun almarhum yang waktu itu masih bujang mendapat anugerah yang luar biasa untuk mengikuti Walimah Mubarak di Al-Bayan Makassar.

Mendapatkan seorang istri alumni pesantren Istiqamah Sinjai binaan ust Syamsu Rizal Junaid. Kami lebih bersyukur lagi karena tugasnya tetap di Towuti.

Dua tahun kemudian saya dimutasi ke Palopo tepatnya pada 1999, lokasi yang saat ini menjadi kampus madya Hidayatullah Kota Palopo awalnya ust Abdul Majid MA yang mendapatkan lokasinya kemudian dirintis Ust Yusuf Gatti kemudian saya melanjutkan lagi.

Setahun kemudian Ust Rusdin mendapatkan Surat Tugas untuk merintis kampus baru di Buton Sulawesi Tenggara, beliaulah yang mendapatkan lokasi kampus di Buton yang sekarang cukup berkembang padahal awalnya tempat itu cukup gersang karena bukit berbatu.

Lagi-lagi beberapa tahun kemudian almarhum mendapatkan tugas kembali di Sulsel yaitu Towuti.

Karena tuntutan dan kebutuhan warga dan santri saat itu maka sejak awal almarhum di Hidayatullah Towuti, saya sudah amanahkan di bidang ekonomi dan bisnis, sehingga bakatnya semakin terasah, begitu pula sewaktu diberikan amanah sebagai ketua DPD Luwu Timur tetap saja visi bisnisnya dominan.

Sehingga setelah ada peluang kemandirian kader dan tidak lagi harus berada dalam struktural ormas Hidayatullah, artinya dibolehkannya menjadi kader yang mandiri maka beliau akhirnya memilih untuk mandiri sebagaimana kader-kader yang lainya cukup banyak yang menekuninya.

Namun bukan berarti lepas komitmen dan tanpa konstribusi terhadap lembaga perjuangan ini. Justru almarhum lebih leluasa untuk membahasakan Hidayatullah kepada publik terutama kepada pemerintah daerah Luwu Timur agar bersinergi dan bergandengan tangan dengan Hidayatullah dalam membangun masyarakat dan ummat.

Melalui jalinan almarhumlah sehingga komunikasi bahkan perhatian Pemda Lutim kepada Hidayatullah cukup memadai.

Sebagai seorang kader beliau cukup aktif dan komitmen berhalaqah wustha dan menjalankan GNH dengan baik.

Tentu saja ada kekurangan dan kelemahan yang dia miliki bahkan kesalahan dalam berinteraksi dan berorganisasi dan itu bagian dari proses dalam menjalani ujian dari Allah SWT.

Pada Akhirnya kita harus mendoakan yang terbaik untuknya dan semoga beliau husnul khatimah selamat jalan saudaraku sampai jumpa di hari kemudian.■ Ust Ahkam Sumadiana MA