Saturday, 26 February 2022 | 14:37 Wita

Pendidikan Hidayatullah Mencetak Kader Pemimpin Islam

Editor: admin
Share

HidayatullahSulsel.comPendidikan di Hidayatullah harus terus berbenah. Yang tentunya harus mengikuti perubahan zaman yang terjadi. Jika tidak berubah maka akan tertinggal jauh.

Hal ini mengemuka dalam Zoom Meeting diskusi pendidikan yang digelar Depdik DPW Hidayatullah Sulsel, Sabtu, 26/02. Secara khusus, dalam diskusi tersebut menghadirkan Ketua Umum DPP Hidayatullah, Dr. KH Nashirul Haq, Lc, MA. Berikut ini, ringkasan ceramah beliau, pada zoom meeting tersebut :

Keberadaan kampus-kampus Hidayatullah, tentunya tidak sekadar menampung santri. Tidak sekadar mengelola panti asuhan. Tapi keberadaan kampus-kampus kita, dalam rangka untuk mencetak kader-kader pemimpin Islam.

Keberadaan pendidikan kita di Hidayatullah adalah untuk semua orang. Untuk siapa saja. Tidak boleh kita membatasi, bahwa kita hanya untuk anak kader, hanya untuk orang Hidayatullah saja. Tapi pendidikan kita ini untuk semua. Apakah ia orang miskin, pejabat, orang kaya atau siapa saja.

Pendidikan kita punya orientasi untuk mencetak kader. Kita ingin melahirkan kader. Kita tidak tahu dari mana akan lahirnya kader-kader itu.

Bisa saja dari orang biasa, orang miskin, anak pejabat, anak pengusaha atau dari anak professional. Selain anak-anaknya jadi kader, orangtuanya juga diproses untuk mendukung perjuangan kita

Olehnya itu, kita perlu merubah mindset berfikir. Harus kita tanamkan dalam mindset kita, bahwa pendidikan kita harus dapat melahirkan kader-kader pejuang pemimpin Islam. Kita harus berupaya mengantarkan anak-anak kita ini berkualitas.

Berkualitas, baik secara spiritual, juga professional. Proses ini bisa dilakukan dengan lima tarbiyah. Lewat tarbiyah tsaqafiah (keilmuan), ruhiyah (ruh), jasadiyah (fisik), ijtima’iyah (sosial kemasyarakatan) dan qiyadiyah (organisasi dan kepemimpinan)

Oleh karena itu, yayasan-yayasan yang kita bentuk saat ini, dipastikan bahwa ini adalah lembaga tahfidz, islamic boarding school, atau sekolah professional. Bukan lagi sekedar panti asuhan yang mengasuh anak-anak yatim, terlantar dan terlunta-lunta.

Kita coba bangun mindset ini, bahwa kita bukan yayasan ini bukan panti, tapi sekolah yang memproses kader-kader pemimpin Islam. Mencetak generasi berkualitas.
Membangun pondok ini, tidak boleh ber mindset panti, tapi sekolah professional yang akan mencetak kader-kader pemimpin Islam.

Sekolah, bukan persoalan gratis atau berbayarnya. Tapi lahirnya kader. Mindset pendidikan kita ialah menyelenggarakan pendidikan dakwah dan sosial secara profetik dan professional. Dengan demikian, perlu ada nilai-nilai jati diri yang tertanam secara fikrah dan teraplikasi dalam kehidupan nyata.

Jangan lagi ada dikotomi yang muncul, apakah dia anak kader atau bukan. Saya ini kan bukan anak kader. Anak siapa saja, kita harus mengantar mereka menjadi kader. Kita proses secara sama. Secara profetik dan professional.

Satu hal lagi yang merepotkan pendidikan kita. Kita kadang disibukkan dengan persoalan administrasi. Secara khusus perlu ada terobosan untuk menyederhanakan dan mempermudah urusan administrasi pembelajaran dan pelaporan tersebut.

Laporan itu urusan tehnis. Guru secara khusus hanya melakukan proses transfomasi nilai. Bagaimana menanamkan nilai kepada kurikulum yang diajarkan itu. Bagaimana kita bisa menanam kan nilai- nilai karakter dan adab yang mulia kepada santri kita melalui desain kurikulum yang simpel (mudah) berlandaskan wahyu.(sarmadani karani)



BACA JUGA