Wednesday, 16 March 2022 | 08:13 Wita

Ust Ir Abdul Majid MA, Ketua DMW Penjaga Jati Diri Hidayatullah di Sulsel

Editor: admin
Share

HidayatullahSulsel.com — Saat itu masih pagi-pagi sekali, matahari baru mengintip di ufuk timur, fajar shodiq baru saja berlalu. Jarum jam menunjukkan pukul 5.45 waktu Buluncenrana, Sidrap.

“Saya sudah masuk Bulcen Ustad,” bunyi pesan singkat Ustad Sumariyadi via WA, kepada saya. Artinya, kisaran 10 menit lagi, mereka akan tiba di kampus peradaban Hidayatullah Sidrap.

Sontak pengurus agak panik. Sepuluan orang, santri dan warga Pondok Tahfidz Darul Qur’an Hidayatullah Bulucenrana langsung rapat. Membagi tugas, untuk menjemput tamu yang akan datang.

Bukan sekadar Ustad Sumariyadi yang merupakan Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulsel, turut bersamanya seorang ustad senior, Ketua Dewan Murabbi Wilayah (DMW) Hidayatullah Sulsel, Ustad Ir Abdul Majid MA.

Ya, Ustad Majid sapaan akrabnya. Lahir di Sulsel, Luwu Utara 57 tahun lalu, berdarah Jawa. Ayah beliau, Mahmud, adalah mantri yang terkenal di Luwu Utara.

Ustad Majid, dua periode memimpin DPW Hidayatullah Sulsel. Pendiri Yayasan Al Bayan Hidayatullah Makassar. Sejak 2021 lalu, beliau diamanahkan sebagai Ketua Dewan Murabbi Wilayah (DMW) Hidayatullah Sulsel.

DMW di Hidayatullah berperan kultural, menjaga spirit perjuangan, jati diri Hidayatullah dan asa besar itu. Perannya kultural, tapi struktural dalam organisasi. Inilah peran Ustad Majid, oran tua bagi pengurus dan kader Hidayatullah di Sulsel.

Senin pagi itu (14/03), beliau sengaja berkunjung ke Hidayatullah Sidrap, untuk menguatkan spirit itu, dan menjaga jatidiri itu.

Bersamanya pula, turut hadir, Kepala Departemen Perkaderan DPW Hidayatullah Sulsel, Ustad Nasrullah Alwi Lc, juga hadir Direktur Sekolah Dai Hidayatullah Sultanbatara, Ustad Habibi Nursalam.

Di Gasebo Peradaban Hidayatullah Sidrap, berlantai papan, berukuran 4×4 meter itu, dengan dihadiri semua pengurus dan dan santri, Ustad Abdul Majid memberikan taujihnya.

“Beruntunglah kalian, yang bisa terlibat dalam perjuangan ini. Terlibat dalam pengembangan di Hidayatullah Sidrap ini. Akan ada atsar-atsar kalian, bahwa kalian pernah terlibat berjuang di tempat ini, baik santri dan warga,” jelas Ustad Majid.

Dalam perjuangan ini, sambungnya, juga butuh kesabaran, terkhusus ketua yayasan. Sabarnya harus banyak, dan harus berlipat empat kali sabarnya.

“Karena sudah banyak yang dipimpin. Sudah pernah jadi Ketua Yayasan Kampus Utama, pernah ketua BMH. Dan sekarang kembali memulai di Hidayatullah Sidrap, ini tidak mudah,” ungkapnya.

Perlu menjadi catatan, tegasnya, bahwa bukan jabatan yang menjadi penilaian Allah, tapi kemudian, Allah akan menghitung amalan-amalan kita. “Atsar-atsar kita dalam berjuang, bukan soal pangkat dan jabatan” tutupnya.

Alhamdulillah, pagi itu, meskipun tanpa ikan nila bakar dan palekko khas Bulcen, hanya kopi, pisang goreng dan gogos, tapi nasehat pagi itu, untuk pengurus dan warga cukup mencerahkan. Hidangan nasehat itu, kembali menguatkan kawan-kawan untuk tetap semangat berjuang. (Sarmadani Karani)



BACA JUGA