Monday, 21 March 2022 | 06:46 Wita

Komitmen Mendidik: Ini 3 Hal yang Harus Dilakukan

Editor: admin
Share

Oleh: Ust Dwi Subagyo, Kepala Departemen Pendidikan dan Pesantren DPW Hidayatullah Sulawesi Selatan

HidayatullahSulsel.com — Setiap orang ataupun institusi ingin sukses mengantar anak didiknya. Berbagai cara dan metode digunakan untuk mencapai kesuksesan dalam dunia pendidikan.

Dalam mendidik ada slogan yang sering kita dengar yaitu, “Mendidik dengan Doa, Cinta dan Keteladanan.” Slogan ini tak lekang oleh zaman untuk selalu diingat dan harusnya menjadi komitmen dalam mendidik.

Pertama, Doa. Bapak pendidikan atau bapak tauhid Nabiullah Ibrahim alaihissalam memberi contoh yang kemudian diabadikan dalam quran :

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Rabb kami! sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, wahai Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.[ Ibrâhîm/ 14: 37]

Anak yang dianggap bermasalah, nakal, harus lebih dahulu didoakan, dimintakan ampunan. Doa adalah senjata paling ampuh bagi orang beriman, sebab jika Allah sudah terlibat semua akan menjadi mudah.

Bahkan terkadang kenakalan seorang anak itu hanya pelampiasan dari kreatifitas yang tidak tersalurkan atau ada masalah keluarga yang tidak terselesaikan, atau atau kelebihan dan potensi lainnya yang belum nampak.

Seorang pendidik tidak boleh pernah putus dalam berdoa, harus terus bekerja keras, bermujahadah dalam melahirkan kader tangguh seperti ismail. Sehingga kelak akan turun keberkahan di suatu tempat dan orang senantiasa cenderung hatinya untuk tempat tersebut.

Kedua, Cinta. Dalam mendidik harus selalu dilandasi dengan cinta. Bedakan antara person dan karakter, antara orangnya dan perilakunya.

Orang kafir sekalipun tetap kita berharap agar dia mendapat hidayah, kita cinta agar setiap orang mendapatkan hidayah. Adapun sifat dan perilaku kufurnya, itulah sesungguhnya yang kita benci.

Begitupun dalam mendidik anak. Dalam memberi hukuman harus senantiasa hadir dalam fikiran bahwa menghukum itu didasari karena kebencian akan perilaku dan senantiasa cinta, didasari karena kecintaan agar anak didik selamat dari sifat dan karakter jelek.

Pendidik juga harus berhati-hati dalam menghukum dari segi verbal. Karena terkadang hukuman verbal atau lisan itu lebih berat dari fisik.

Kita harus senantiasa memberi pilihan kata dan diksi yang baik ketika berdialog dengan anak didik. Sebab ketika psikis dan hati terdampak itu lebih berat pemulihannya ketimbang fisik.

Ketiga, Keteladanan. Sebagai pendidik, apapun yang kita sampaikan kepada anak didik berupa kebaikan. Maka, seharusnya kita yang terlebih dahulu melakukannya. Memberi contoh kepada anak didik.

Jangan sampai ada terkesan dalam fikiran anak didik bahwa guru ini hanya pandai menyuruh saja tapi tidak bisa memberi teladan dan contoh.

Contohnya saat guru memerintahkan kerja bakti kepada anak didik lalu dia asyik dengan gadgetnya.  Disini anak didik akan menilai, dan anak didik itu sangat pandai dalam menilai.

Ketika tidak ada keteladanan dalam pendidikan maka semua menjadi tidak berarti. Tidak ada lagi yang namanya pendidikan.(ahmad sabil)

*) Disarikan dari tausiyah subuh pada rangkaian Rakor Pendidikan di PesantrenHidayatullah Bosso, Luwu.