Monday, 5 September 2022 | 18:01 Wita

Pemimpin yang Bertahta di Hati. Bag 2

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Ust Drs Nashri Bukhari MPd, Ketua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Sulawesi Selatan

OPINI, HidayatullahSulsel.com — Memimpin dengan hati tidak dimaknai sebagai gaya kepemimpinnan yang mengesampingkan teori dan pendekatan gaya kepemimpinan dari teori kepemimpinan yang berkembang saat ini.

Memimpin dengan hati adalah lebih mengedepankan pada aspek spritualitas yang dimiliki oleh pemimpin dan umat yang dipimpinnya.

Model kepemimpinan ini tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal semata, melainkan lebih banyak dibimbing oleh faktor internal hati nuraninya oleh kekuatan spritualitas yang membuat seorang pemimpin memiliki kekuatan hati dalam kepemimpinannya.

Memimpin dengan hati dengan kekuatan spritual yang berdasarkan pada etika religius, mampu membentuk karakter, integritas dan keteladanan. Dan bahkan bukan berarti kepemimpinan yang anti intelektual.

Kepemimpinan spiritual bukan hanya sangat rasional, melainkan menjernihkan rasionalitas dengan bimbingan hati nurani dan kecerdasan spiritual (Tobroni, 2015). 282 Iqtishadia, Vol. 9, No. 2, 2016.

Secara historisitas Islam, pemimpin yang secara utuh telah sukses bertahta di hati umat adalah model yang merujuk kepada pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Rasulullah mampu mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan sukses dengan sifat-sifatnya yang utama, yaitu siddiq (integrity), amanah (trust), dan tabligh (openly, human relation) dan fathanah (working smart).

Tidak hanya dipanuti dan diteladani oleh para sahabat yang bersamanya, menyaksikan dan hidup semasanya. Tapi juga oleh umat sesudahnya, yang tidak melihat dan merasakan langsung kepemimpinannya.

Kesuksesan Nabi Muhammad dalam kemimpinannya tidak hanya diakui oleh umatnya, tapi juga orang umat agama lain seperti Michael H.Hart yang menempatkan Muhammad sebagai tokoh yang paling berpengaruh di dunia diantara 100 tokoh yang diteliti.

Memimpin dengan Cinta

Karakter pemimpin yang mampu bertahta di hati umatnya adalah pemimpin yang dilandasi dengan cinta dan kasih sayang dari Allah SWT, sebagai mana kesuksesan Rasulullah memimpin berdasarkan bimbingan wahyu yang diterimanya.

Sehingga karakter kepemimpinan Rasuliullah adalah karakter qur’an yang didasari dan dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang, sebagaimana dalam firmanNya:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ

لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴿١٥٩﴾

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Peminpin yang bertahta di hati adalah pemimpin yang melandasi cinta dan kasih sayang karena Allah berdasarkan Alquran. Disebabkan kekuatan spritualitasnnya membuat hati diselimuti kelembutan dan penuh kasih sayang dan hati yang sabar.

Pemimpin yang bertahta di hati juga sosok adil dan pemaaf, kooporatif dan adaktif, serta yakin dan komitmen pada keputusan dan kesepakatan bersama, serta tawakkal tinggi hanya kepadaNya. Sebagaimana karakteristil kepemimpinan Rasulullah dan para sahabatnya. Wallah A’lam.(*)



BACA JUGA