Sunday, 8 January 2023 | 07:24 Wita

Tausiyah Rakerwil: Mahalnya Menjadi Kader yang Muttaqin

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh: Ustadz Ahkam Sumadiyana, MA, Trainer Nasional Hidayatullah

HidayatullahSulsel.com — Selepas sholat Maghrib, di depan peserta Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Hidayatullah Sulsel, para santri dan sejumlah warga Pesantren Hidayatullah Towuti, Ustadz Ahkam Sumadiyana, MA memberikan tausiyah mengenai mahalnya menjadi kader Hidayatullah yang muttaqin. Sabtu (7/1/2023).

Berikut kutipan Tausiyahnya:

Dalam meng-Iqra’ Hidayatullah ini perlu kiranya kita menjadikan Surah At-Tin sebagai landasan. Secara substantif, Surah At-Tin itu mengajak kita apakah dalam menilai sesuatu itu yang kita perhatikan “gunungnya”? Gunung itu maknanya sesuatu yang besar atau megah. Bisa harta, bisa kemewahan dan sebagainya atau manusianya?

Meng-Iqra’ Hidayatullah, berarti melakukan perhatian terhadap kader. Bagaimana seharusnya kader Hidayatullah itu? Kader itu harus diantar menjadi insan yang luar biasa. Bukan yang biasa-biasa saja.

Bagaimana menjadi kader yang berkualitas itu? Maka dia harus berada dalam sebuah sistem yang secara kultural mengarahkan dia menjadi kader yang muttaqin. Dan itulah yang direkayasa oleh Hidayatullah.

Secara kultur Hidayatullah telah mendesain hidup ini agar bisa berjalan sesuai syariat Islam Salah satunya, implementasi dengan GNH itu. Gerakan Nawafil Hidayatullah.

Dengan GNH yang optimal, maka tidak ada lagi ceritanya kader yang tidak sholat jama’ah, tidak ada lagi kader yang tidak berdzikir, tidak sholat lail, tidak baca Qur’an, tidak berdakwah dan tidak berinfaq.

Sistem ini, jika renungkan apalagi optimalkan, maka kader di Hidayatullah itu akan menjadi kader yang mahal karena dia kader yang muttaqin. Ketika seorang kader telah menjadi hamba yang muttaqin, maka selanjutnya kader tersebut akan menyadari esensi menjadi seorang Khalifah.

Khalifah itu wakil. Wakil siapa? Ya, wakil Tuhan. Wakil Allah di muka bumi. Karena kita wakil Allah, maka visi yang dibawa bertujuan menjadikan bumi ini lekat dengan nilai-nilai muttaqin itu, ketakwaan itu.

Jangan menjadi khalifah tetapi yang diwakili dirinya sendiri. Yang muncul ‘Aku-nya’. Ini berbahaya karena bisa bermuara pada egosentrisme.(Ian Kassa)



BACA JUGA