Wednesday, 18 January 2023 | 06:46 Wita

Mendengar Nasehat Mengasah Akhlaq (2)

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh: Ust Drs H Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel


HidayatullahSulsel.com — Kebeningan hati seorang muslim dapat dilihat dari ketulusannya memberi nasihat dan juga menerima nasihat. Sebab nasihat menasehati adalah cermin kemuliaan akhlaq muslim.

Bila ditinjau dari pengertian, kata “nasihat” berasal dari bahasa Arab, dari kata kerja “nashaha” yang berarti “khalasha”, yaitu murni serta bersih dari segala kotoran, juga bisa berarti “khaatha”, yaitu menjahit.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam Khaththabi rahimahullah, bahwa “Nasehat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasehati.”

Begitu pentingnya eksistensi dalam kehidupan bermasyarakat, memunculkan banyak motivator, pendakwah, guru, orang tua, serta pemimpin yang senantiasa memberi nasihat.

Bahkan ada profesi keseharian dan aktivitasnya adalah sebagai “penasehat”. Tapi apakah hal tersebut mampu ia menjadi pendengar yang baik atau senang dinasehati.

Pemimpin Abadi Pendengar yang Baik

Pada saat seseorang memiliki posisi ataupun status yang tinggi dari yang lainnya, cenderung karena kedudukannya beralasan lebih gampang dan sering memberi perintah ataupun nasihat.

Padahal sikap terbaik adalah siapapun dia mau menerima saran nasehat. Dan itu merupakan cerminan kesadaran akan kekurangan diri bahwa dia manusia yang tidak sempurna.

Pada hakekatnya menerima nasehat itu baik bagi orang biasa, orang ‘alim ataupun pemimpin besar dipastikan membutuhkan nasehat. Sebab seluruh anak keturunan Adam takkan luput dari kesalahan.

Nasihat itu mudah apalagi menasehati, yang sukar adalah menerimanya. Bagi mereka yang mengikuti hawa nafsunya, maka nasihat akan terasa pahit.” (Imam Ghazali)

Pemimpin muslim abadi adalah pemimpin yang tidak sewenang-wenang, tidak berhak baginya untuk hanya menerima nasehat yang menyenangkan dan sesuai selera dirinya. Tetapi dia akan menempatkan penasehat yang membantunya menunjukkan yang baik itu baik dan yang buruk itu adalah buruk.

Sebagaimana ditunjukkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, khususnya dalam menghadapi masalah besar dan peperangan besar selalu mengutamakan diri untuk bertawakal kepada Allah, meminta saran kepada para sahabat.

Sebagaimana dalam buku Yang Tersembunyi dari Sirah Nabi karya Musthafa As-Siba’I dijelaskan, Nabi mendahulukan musyawarah dan menerima saran dari para sahabat dalam berapa peristiwa-peristiwa peperangan besar.

Islam mengajarkan musyawarah, ajaran Islam pun memberikan ruang terbuka bagi pemimpin untuk meminta pendapat atau nasehat kepada kaumnya.

Musyawarah adalah petunjuk dari Allah yang dituntunkan dalam Alquran surah As-Syura ayat 38, Allah SWT berfirman: “Wa amruhum suraa bainahum,”. Yang artinya: “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka,”.

Lebih dari itu keterbatasan pengetahuan dari seseorang, termasuk para pemimpin muslim, membutuhkan bimbingan dari ulama atau para ahli di bidangnya. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah Al-Anbiya ayat 7:


 فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui,”

Mengapa Seseorang Susah Dinasehati

Penyebab seseorang susah dinasehati karena bersemayang kesombongan dalam dirinya. Merasa lebih dan tidak menyadari kekurangannya membuat dia tidak merasa butuh dengan mendengar nasehat.

Alqur’an menggambarkan timbulnya kesombongan karena merasa lebih dari berapa hal dari orang lain , Sebagaimana firman-Nya si QS. Al-Alaq; 6-8
كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓ ۙ (6) اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ (7) اِنَّ اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىۗ (8)

“(6) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, (7) Ketika melihat dirinya serba berkecukupan. (8) Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu).”

Betapa bahayanya kesombongan seperti disabdakan Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, No.2749 dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]

Berdasarkan haadis tersebut, diantara ciri orang sombong di atas juga adalah orang yang tidak mau atau tidak bisa dinasehati.
Allah sangat membenci sikap orang sombong. Kalimat yang paling Allah benci, ketika seseorang menasihati temannya, “Bertakwalah kepada Allah”, tapi ia menjawab: “Urus saja dirimu sendiri.” (HR. Baihaqi dan Nasai).

Jadilah insan yang terus berupaya mengasah dan membangun akhlaqul karima dengan tidak hanya mampu mendakwakan dan menasehati orang lain. Tapi juga senang mendengar nasehat baik dari orang berilmu ataupun dari mana saja nasehat kebaikan itu berasal. Wallahu A’lam Bishshawaf. (*)



BACA JUGA