Sunday, 16 April 2023 | 10:49 Wita

Berburu THR (Tunaikan Haknya Ramadhan)

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Sudah sangat jarang ditemukan shalat tarawih 20 rakaat dilaksanakan secara berjamaah di masjid. Shalat seusai shalat tarawih 11 rakaat itu kalaupun ada biasanya jama’ah yang ikut hanya bisa dihitung jari, karena harus mampu shalat sampai sekitar jam 22.00.

Lebih susah lagi ditemui shalat tahajud 4 jam berjama’ah yang dilaksanakan setelah tidur malam. Ibadah ini menjadi bagian dari sejarah pendirian Pesantren Hidayatullah Pusat di Gunung Tembak di Balikpapan. Waktu itu sering diimami langsung oleh Ust Abdullah Said, pendiri Hidayatullah di Balikpapan.

Shalat di Pesantren Hidayatullah tersebut oleh sebagian kalangan disebut unik dan fenomenal, karena dimulai dari jam 00.00 sampai jam 04.00. Terbayang kelelahan berdiri, ruku’ dan sujud. Dan lebih berat lagi menahan dan melawan rasa ngantuk di waktu seharusnya digunakan untuk istirahat malam.

Disanalah letak kenikmatan bangun malam dan taqarrub kepada Allah, di saat orang umum dalam lelap mimpi indahnya sehabis shalat puasa dan tarawih. Dan ini dirasakan sekarang juga oleh santri dan warga kampus Pesantren Hidayatullah Parepare, yang diprogramkan Pesantren itu sholat malam 4 jam di sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Shalat lail 4 jam ditambah makan sahur yang agak banyak membuat ngantuk menyerang, apalagi ketika selesai shalat subuh, Sementara bada subuh santri tetap diharuskan mengikuti program taushiyah oleh ustadz yang terjadwal.

Subuh yang bertepatan dengan kedatangan tamu, Ust Mursyid MS, Ketua DPD Hidayatullah Penajam Paser Utara, Kabupaten yang belakangan cakup populer sebagai wilayah IKN Nusantara. Dan untuk menghormati tamu ini diberi waktu mengisi taushiyah subuh.

Sebagaimana ustadz penceramah lainnya, sedikit agak trauma berceramah ba’da shalat subuh di Ramadhan, di masjid di pondok. Apatalagi kalau audiensnya adalah santri, disamping diharuskan sholat tarawih bada Isya, istirahat sebelum jam 22.00. Baru saja tertidur 1 jam. sudah harus bangun kembali mempersiapkan diri melaksanakan shalat tahajjud yang panjang. Dimulai dari jam 00.00 hingga jam 04.00 dini hari, bahkan kadang bisa lebih dari itu.

Melihat kondisi audiensi yang tidak kondusif menerima ceramah khususnya para santri,.terlihat telaah diserang oleh rasa ngantuk yang tak kuat dilawannya. Maka, Ust Mursyid pun memutar otak agar suasana ngantuk mampu terkalahkan oleh semangat dan fokus mendengarkan ceramah.

Ustadz sang tamu yang puluhan tahun telah berpengalaman menjadi guru dan pengasuh.itu pun membuat tips doorprise berupa THR kepada santri yang bisa menjawab pertanyaan. Ternyata tips itu cukup mujarab untuk mampu mengendalikan psikologi jama’ah agar bisa fokus sehingga bisa menangkap isi ceramahnya

Ya itulah THR (Tunjangan Hari Raya), semua orang menyukainya baik yang memberi terlebih lagi yang menerimanya. THR juga lebih banyak dipersepsikan sebagai hadiah khusus di hari raya Idul Fitri. Pada hal THR itu adalah tunjangan setiap ada hari raya, yang bisa didapat pada hari raya lainnya selain hari raya Idul Fitri

Harusnya THR yang diterima setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, diberikan setelah dia ber- ”THR’ yaitu Tunaikan Haknya Ramadhan, seperti puasa Ramadhan, Zakat Fitrah dan amalan sunnah lainnya.

“Barang siapa yang berpuasa satu bulan Ramadhan, ditambah enam hari (Syawal) setelah Idul Fitri, pahala puasanya seperti pahala puasa satu tahun. Dan siapa yang mengerjakan satu amalan kebaikan, baginya sepuluh kebaikan.” (HR Ibnu Majah).

Setelah ‘THR’ tersebut mampu dilaksanakan dengan maksimal barulah dia berhak mendapat ‘THR’, yaitu Terima Hadiah Ramadhan, Yakni kebaikan dan kebahagiaan. Termasuk tentu mendapat THR dalam pengertian umum di masyarakat.(*)



BACA JUGA