Wednesday, 26 April 2023 | 18:03 Wita

Tantangan Murabi dan Karakter Kader Generasi Ketiga Hidayatullah

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Dr KH Tasmin Latif MPd, Ketua Dewan Murabi Pusat Hidayatullah

HidayatullahSulsel.com — Dalam lembaga perjuangan ini, di Hidayatullah ini, makin banyak anggotanya tapi bukan kader pejuang pasti membawa masalah

Tetapi kalau makin banyak kader maka akan banyak permasalahan yang bisa diselesaikan.

Hidayatullah di awal-awal pendiriannya oleh Allahuyarham Ust. Abdullah Said dan kawan melahirkan dan mewariskan tiga konsep pergerakan yang menjadi jati diri Hidayatullah kepada kader-kadernya

Yakni Manhaj Sistematika wahyu (SW), sistem kepemimpinan Imamah jama’ah dan biah (berkampus). Tiga hal inilah yang murni menjadi warisan dari Allahuyarham ustadz Abdullah Said.

Namun setelah wafat dan seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai bertanya-tanya apa sebenarnya yang menjadi tujuan pergerakan Hidayatullah? Hal ini mau tidak mau harus dijawab.

Bahwa tujuan besar Hidayatullah adalah membangun peradaban Islam yang sesuai dengan manhaj ahlussunnah wal jama’ah.

Dalam salah satu jati diri Hidayatullah ada konsep imama jama’ah Konsep imamah jama’ah itu adalah murni konsep yang berasal dari ahlussunnah waljama’ah, bukan milik syiah notabene populer di kalangan mereka.

Kemudian ada Al Haraqah Al Jihadiyyah (gerakan perjuangan Islam) yang lebih besar daripada ormas, dimana ormas itu hanya hubungan yang terkait dengan negara.

Kemudian ada Al Washotiyyah yang salah satu maknanya adalah membangun rasa adil, menyikapi perbedaan di tengah-tengah ummat dengan bijak. Selama ada hujjah yang kuat maka boleh di terima

Sebagaiman yang terjadi tahun ini dengan adanya perbedaan pelaksaan shalat Idulfitri, Hidayatullah sudah tidak kaget lagi dan menyikapinya dengan bijak. Ini juga wujud aplikasi dari jati diri Hidayatullah yaitu Jama’atumminal Muslimin, bahwa Hidayatullah bagian dari jama’ah muslimin.

Pernah dalam salah satu agenda dengan Pemuda Hidayatullah, ditanya mengapa generasi milineal atau kader-kader Hidayatullah saat ini sangat berbeda dengan generasi-generasi Hidayatullah sebagaimana di zamannya Allahuyarham Ust Abdullah said.

Ada tiga ciri perbedaan menonjol pada kader Hidayatullah setiap generasinya.

Generasi Awal : Kemampuan iqro’nya, bismirobbik dan
ibadahnya kuat atau pritual dan kulturnya kental. Mereka betul-betul melebur dalam perjuangan, sedang saat itu kaum akademisi masih kurang.

Generasi kedua : Iqro’ dan bismirobbiknya kuat, akan tetapi spritualnya sudah tidak seperti di zaman Allahuyarham Ustadz Abdullah Said . Namun pada generasi ini sudah muncul akademisi-akademisi dan intelektual yang melahirkan gugus kendali konsep seperti PO dan PDO dan konsep-konsep lainnya.

Generasi ketiga : Generasi ini didapati jeblok betul spritualnya tetapi dari segi ulumuddinnya kuat. Mereka kuat menghafal, dari segi keilmuan mumpuni tetapi susah mempraktekannya

Generasi ini hafal qur’an bahkan bersanad tetapi belum bisa mengamalkan apa yang dihafalnya. Juga mengetahui keutamaan-keutamaan shalat lail tetapi susah betul bangun shalat lail.

Tentu hal ini bukanlah kesalahan dari mereka tetapi sistemnya yang harus terus berbenah. Generasi ketiga harus didesain kuat intelektualnya, spritualnya, dan ulumudinnya.

Hal ini erat kaitannya dengan peran seorang murobbi. Dari murobbi harus memperlihatkan akhlaq yang baik karena itu dilihat dan dicontohkan oleh mutarabbinya.

Maka akhlaq murobbi harus meyakinkan, pendengarannya harus berfungsi dan mampu menjelaskan dengan baik. Sehingga mampu memberikan pengaruh kepada kader atau generasi saat ini.

Maka seorang murobbi dibutuhkan kemampuan madiyyah, kemampuan metodologi, kemapuan kaifiyyah, dan kemapuan uswah atau keterkaitan jiwa.

Pernah seorang tokoh ulama’ Sulsel pernah menyampaiakan, “Waktu saya masih menangani pendidikan ulama semua peserta didikku seluruhnya menjadi kader, menjadi ulama’, tetapi begitu saya mendirikan perguruan tinggi di Maros tidak ada yang jadi”

Ini menandakan bahwa keterkaitan jiwa itu penting. Kalau ada murobbi yang tidak bisa mentransformasikan maka kerdil itu.(mansyur)

*) Disarikan dari penyampaian spirit pada Silaturahmi Syawal Hidayatullah Sulsel di Bone



BACA JUGA