Saturday, 29 April 2023 | 16:17 Wita

Iman, Puasa dan Takwa

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : KH Aqib Junaid, Anggota Dewan Muzakarah Hidayatullah

HidayatullahSulsel.com — Tema dari dari Silaturrahim Syawal ini adalah “Raih taqwa dengan semangat berqur’an dan berbagi”. Kata “Raih” mengawali “taqwa” sehingga rasanya terkesan Ramadhan yang baru berlalu tetapi taqwa belum tercapai belumlah diraih.

Apakah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan kemarin belum cukup untuk takwa itu diraih?

Sangat mengherankan kemudian kalau-kalau ada yang merasa yakin betul dengan percaya diri merasa telah maksimal dan meraih taqwa

Sebuah Kkarunia yang besar bisa bertemu Ramadhan sebab di Hidayatullah sepertinya malaqul maut cukup aktif, sehingga di group-group WA bermuncupan informasi-informasi yang diawali dengan innalillahi wainna ilaihi rooji’uun, selama Ramadhan kemarin.

Di Bontang enam orang warga Hidayatullah meninggal di
Batam dan di Solo berentetan kader-kader menghadap Allah

Patut bersyukur kita termasuk orang-orang yang diberi kesempatan untuk menikmati Ramadhan satu bulan penuh.

Pada dasarnya manusia dalam menghadapi dan melalui Ramadhan dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok yakni orang-orang yang sukses dan kedua orang-orang yang gagal.

Orang sukses adalah orang menang, sedangkan orang gagal berarti tidak sukses. Tingkatan kesuksesan seseorang bervariasi

Jarak terdekat antara sukses dan gagal adalah antara hampir sukses atau hampir gagal.

Tingkatan sukses pun itu ada tiga jenis, jenis pertama Sukses, kedua Sukses Betul dan Sangat Sukses Sekali.

Umumnya orang sukses pasti gembira. Tidak ada orang yang sukses yang tidak senang, bahkan tidak jarang sukses ini di ekspresikan

Lucu dan aneh dan bahkan menjadi objek wisata kalau ada orang gagal tetapi ikut bergembira juga. Apalagi kegembiraannya sama dengan orang sukses bahkan kegembiraannya melebihi orang sukses.

Hari raya Idulfitri itu adalah bentuk kegembiraan bagi orang-orang yang sukses, orang yang berupaya keras memaksimalkan diri beribadah di bulan suci Ramadhan.

Maka akan sangat lucu jika ada orang yang gagal ikut juga bergembira. Malaikat bingung dan bahkan mungkin menertawakan bahwa ada orang yang gagal tetapi ikut juga senang. Takbiran juga, baju barunya paling mahal, sendalnya serasi sama bajunya.

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Baqarah 183
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Pernahkah kita mencermati serius tentang ayat ini. Bahwa ada 3 kata kunci yang Allah sebutkan yakni Iman, Puasa dan Takwa. Ini tiga hal yang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Artinya Takwa bisa diperoleh oleh yang puasanya benar dan imannya beres. Sehingga kita tidak bisa menglaim secara subyektif karena ada standarnya.

Bicara iman saja bukanlah hal yang sederhana. Kita bisa saja mengerjakan pekerjaan orang beriman tetapi sebetulnya tidak beriman hanya untuk menutupi ketidakberimanannya.

Iman itu tidak identik dengan keimanan sesorang. Dijelaskan Allah dalam surah al Hujurat ayat 14 dan 15


۞ قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ

14. Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” 15. Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Syaratnya beriman itu adalah “tidak ada keraguan sedikit pun juga”. Bicara keyakinan bukan di buat-buat tetapi butuh proses dan tahapan. Kalau sudah yakin pasti tidak mudah goyah. (Mansyur/bersambung)

*) Disarikan dari tausiyah pada Silaturahmi Syawal 1444 H Hidayatullah Sulsel