Saturday, 3 June 2023 | 21:10 Wita

Dua Pesan untuk Pemuda Hidayatullah Sulsel

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Ust Ir H Abdul Majid MA, Ketua Dewan Murabi Wilayah Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Terinspirasi dari Q.S Al-Ma’idah Ayat 54, Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui (QS. Al-Ma’idah Ayat 54)

Tantangan yang dihadapi pemuda di masa yang akan datang tidaklah ringan. Salah satu tantangan itu adalah kemampuan untuk melakukan revitalisasi pembangunan kepemudaan. Untuk menghadapi tantangan ini, semangat saja tidak cukup, tetapi diperlukan pemuda yang siap melahirkan sebuah karya dan karakter

Organisasi kepemudaan tidak bisa lagi hidup dalam lingkungan yang eksklusif yang jauh dari kehidupan nyata masyarakat agar organisasi kepemudaan dapat beradaptasi pada arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang semakin deras

Pemuda harus bermanfaat menggerakkan seluruh potensi kepemudaan untuk berperan aktif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada karena pemuda memiliki energi perubahan diyakini selalu lebih besar dibandingkan generasi sepuh

Betapa momentum pemuda dari semangat untuk melakukan perbaikan selalu lebih menggelora dibandingkan elemen-elemen masyarakat lain.

Sementara itu, militansi yang merupakan kunci pengembangan dan pergerakan pemuda harus direkayasa dalam rangka membentuk sebuah karakter yang bisa diteladani

Sehingga ada 2 hal yang harus dimiliki oleh pemuda, di antaranya :

1. Progresif. Sikap progresif melahirkan pola pikir dan sikap untuj meningkat lebih baik

Dalam Surat Al Fathir Ayat 32 Allah Ta’ala berfirman

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا ۖ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ


“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.”

Ayat Quran di atas mengandung pesan untuk lebih progresif dalam mengamalkan isi Al Quran itu sendiri, baik melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan larangan-larangannya (Muqtashid), maupun orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah (Sabiqun bil khairat)

2. Beradab atau akhlak. Dalam Quran surat Al-Qalam Ayat 1-7 diantara kandungannya adalah pemantapan keinginan hatinya agar tetap teguh pada kebenaran

Di dalam hadits penuturan Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berkata :

كان النبي صلى الله عليه وسلم أحسن الناس خلقًا (رواه أبو داود والترمذي)


Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia yang terbaik akhlaknya.’ (HR: Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Istri Nabi Aisyah radiyallahu anha saat beliau ditanya oleh para Shahabat tentang bagaimana akhlak Rasulullah ﷺ

كان خلقه القرآن (رواه مسلم)

Akhlak Rasulullah ﷺ adalah al-Quran (HR Muslim)

Pemuda beradab atau akhlak itu mereka yang menanamkan aqidah yang benar.

Di antara yang mesti kita perhatikan adalah dalam hal pembicaraan, yaitu menjaga lisan. Luruskanlah lisan kita untuk berkata yang baik, santun dan bermanfaat. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

من عدَّ كلامه من عمله ، قلَّ كلامُه إلا فيما يعنيه

“Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat” Kata Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya dari amalannya”.(Edi Qays)

*) Disarikan dari Muswill VIII Pemuda Hidayatullah Sulsel



BACA JUGA