Sunday, 31 July 2022 | 14:49 Wita

Meneguhkan Kemandirian Ekonomi Sulsel

Editor: admin
Share

Oleh : Ust Sarmadani Karani, Ketua DPC Hidayatullah Sidrap

HidayatullahSulsel com — Kemarin, senja akhir Dzulhijjah 1443 H di Gedung Peradaban Hidayatullah, juga mengakhiri acara Pelatihan Ekonomi dan Koperasi yang digelar Departemen Ekonomi DPW Hidayatullah Sulsel.

Bukan secara kebetulan. Acara ditutup saat menjelang adzan Magrib, di akhir Dzulhijjah, dan ditandai dengan masuknya 1 Muharram 1444 H.

Acara yang rencana awal ditutup setelah Ashar, bergeser hingga penutupan menjelang magrib, diwaktu pergantian tahun baru Islam. 1 Muharram 1444.

Kesannya, acara tersebut biasa dan santai saja. Tidak ada yang terlalu istimewa. Dibawah pantauan langsung Departemen Ekonomi Keummatan dan Koperasi DPP Hidayatullah, Ustad Ruhyadi Sujana, S.Sos, MM, dan juga pengawasan langsung Ketua DPW Hidayatullah Sulsel, Ustad Drs. Nasri Buhari, M.Pd.I, acara pelatihan ini menjadi lebih istimewa, berkelas dan berkesan.

Dari dua hari pelatihan ekonomi tersebut, saya mencoba menggoreskan refleksi untuk menjadi pengingat bahwa pernah berdiskusi serius, bicara tentang ekonomi kelembagaan Hidayatulah di Sulsel.

Terus terang, aspek ekonomi Hidayatullah di Sulsel dalam kondisi yang tidak baik-baij amat. Tidak berkembang dan nyaris jauh tertinggal. Apalagi jika membandingkan dengan perekonomian Hidayatullah Jawa Timur, khususnya Surabaya.

Contoh yang tidak jauh, sebutlah geliat ekonomi di Hidayatullah Kendari, yang eksis dengan Kambing aqikah dan BTH nya.

Untuk menelaah keberhasilan ekonomi Hidayatullah di Sulsel, coba kita hitung, dari seluruh penerimaan dana di Kampus Madya, dan juga DPD Hidayatullah di Sulsel, sudah berapa persen income dari keberadaan ekonomi real kita. Jika ada pondok Hidayatullah di Sulsel yang penerimaan atau income ekonominya, sudah mencapai 5 hingga 10%, saya patut angkat topi.

Dari diskusi di pelatihan di akhir Dzulhijjah 1443 ini, ada azzam yang kuat untuk menggiatkan ekonomi di Hidayatullah Sulsel. Gerakan realnya ada dua, menghidupkan BTH (lembaga keuangan syariah), dan bergerak juga usaha koperasi dalam bidang retail.

Ada beberapa keputusan yang sangat strategis, yang jika ini dieksekusi dengan baik, lewat kerja yang Istiqomah, sabar dan ulet, insyaallah kita juga bisa sukses sebagai gerakan Muhammad Daud di Surabaya, yang Ikut membersamai berkembangnya BTH di Surabaya.

Keputusan itu ; 1. Wajib mendirikan BTH di Sulsel, 2. Mendirikan Koperasi Primer Provinsi, dan semua Pengurus Hidayatullah di Sulsel wajib menjadi anggota. Dan keputusan-keputusan penting lainnya.

Hanya saja, ini butuh pengawalan ketat. Dikerja, bukan dicerita. Dinyatakan, bukan sekedar pernyataan. Dieksekusi bukan sekedar diskusi. Talk less do more, begitu katanya.

Ya, yang sudah real gerakannya itu, telur asin Pak Dani, meski kecil, semangat ekonominya itu sudah ada dari rasa asinnya telur. Semoga ekonomi di Sulsel bisa segera menggeliat. Allahu Akbar.(*)

Bulcen, 1 Muharram 1444 H