Monday, 13 February 2023 | 10:55 Wita

Menulis Itu Jihad

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh: Ust Sarmadani Karani, Ketua DPD Hidayatullah Sidrap

HidayatullahSulsel.com — “Menulis itu Jihad,” begitu kata Dr Adian Husaini MA. Hari ini, aku termotivasi menulis lagi, tersebut oleh nasehat yang provokatif dari H Firmansyah Lafiri, seorang jurnalis sana sini, yang dengan semangatnya selalu berapi-api. Membuat hati dan jiwa jurnalis ini bangkit kembali.

Malam itu, (30/1/2023) dinginnya AC menusukku dari belakang, di ruang meeting Yayasan Al Bayan, Hidayatullah Makassar. Membuat merasa tersesat di jalan yang benar. Tidak mendaftar, tidak diundang, tapi ikut hadir membersamai diskusi pendidikan dengan judul, Dialog dan Pengembangan Pendidikan Islam, yang digelar STAI Al Bayan, Hidayatullah Makassar.

Diskusi terbatas malam itu, menghadirkan pemateri tunggal, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Dr Adian Husaini MA. Beliau juga seorang pakar pendidikan dan pemikiran Islam.

Ada satu kalimat, yang membuat saya tercengang. Ungkapan beliau kurang lebih begini; “Keberhasilan pendidikan kita, jika berhasil mencetak manusia-manusia mujahid”.

Dr Adian menegaskan bahwa pendidikan Islam itu tujuan utamanya melahirkan para mujahid, kader-kader perjuangan Islam. Bukan mencetak mesin, orang yang hanya mencari pekerjaan dan dengan gaji yang besar.

Menurut beliau, ada skill yang harus dimiliki oleh seorang alumni pesantren; menulis dan komunikasi. Inilah bekal seorang mujahid. Agar mereka mampu “berjihad” di tengah ummat di era komunikasi digital yang sedemikian berkembang saat ini. Membutuhkan para mujahid untuk tampil ke gelanggang (media dan media sosial) dengan senjata pena (tulisan dan konten lainnya).

Nah, disini dia masuknya. Saya jadi bersemangat karena menulis itu bagian dari jihad. Menulis itu Jihad.

Saya mau garis bawahi kata JIHAD. Kata yang bagi orang pergerakan, aktivis sekarang ini, mereka tidak percaya diri menggunakannya dan tidak berani mengeluarkan kata JIHAD itu secara langsung. Pasca perluasan makna teroris, yang melebar ke ummat Islam, juga kesalahan pahaman istilah radikal, yang kemudian mereduksi dan mengurangi kata JIHAD untuk diulang-ulangi.

Banyak kita, alergi lagi menyebut kata JIHAD. Meski demikian, kebanyakan aktivis Islam yang memang tiarap, menggantinya dengan kata perjuangan, dakwah, dan lainnya. Yang lebih halus, karena khawatir, karena kondisi rezim, sehingga kita dianggap juga teroris.

Dulu dan sekarang, apalagi malam itu, saya termasuk orang yang bersemangat lagi, karena beliau, Dr Adian Husaini, menggabungkan dua kata kerja malam itu, yakni menulis dan jihad, dalam satu kalimat, yang kemudian melahirkan sebuah konklusi, bahwa “Menulis itu Jihad.”

Masuknya kata JIHAD dalam menulis ternyata memang adalah sebuah peperangan yang telah berlangsung lama. Perang akhir zaman, perang pemikiran (ghowzl fikr), perang idiologi perang antara Islam dan Kafir. Dan perang ini harus dilawan dengan pemikiran pula, dengan menulis.

Kata jihad berasal dari bahasa Arab yaitu aljihad, yang berarti ‘perjuangan’.

Jihad, secara definisi punya dua makna, jihad ialah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kebaikan manusia secara keseluruhan.

Makna jihad yang kedua ialah berperang membela agama Allah dengan cara mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga.

Perang, atau JIHAD secara langsung, mungkin tidak seperti jaman dahulu lagi. Perang yang terjadi sekarang adalah perang yang menyerang seluruh dimensi kehidupan ummat Islam.

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ یَرۡتَابُوا۟ وَجَـٰهَدُوا۟ بِأَمۡوَ ٰ⁠لِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِۚ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلصَّـٰدِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al Hujurat:15)

Kewajiban jihad ini, tidak bisa lepas dari tanggung jawab kita sebagai seorang muslim. Sebagai orang yang beriman yang sesungguhnya, jihad menjadi bagian dari kehidupan kita.

Karena di tengah kondisi kekinian, yang tidak ada perang secara fisik. Tapi perang pemikiran, perang ideologi, yang harus dilawan dengan menulis. Maka menulis itu Jihad. Masihkah lalai kah kita untuk menulis? (*)



BACA JUGA