Thursday, 28 September 2023 | 05:55 Wita

Menjadi Dai dan Berdakwah sebagai Pekerjaan Nabi

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Husain Kalado, Ketua Badan Pembina Hidayatullah Sidrap

HidayatullahSulsel.com — Ustad Abdullah Said, pendiri Hidayatullah mengatakan bahwa kita (dakwah) mengangkat pekerjaan nabi, padahal kita ini bukan nabi, dan bahkan kita bukan ulama. Jadi pekerjaan ini sebenarnya berat.

Kenapa bisa begitu, karena dakwah ini pekerjaan nabi, berjuang ini pekerjaan nabi. Dan kita ini pun menggunakan metode Sistematika Wahyu. Berdakwah sesuai dengan urutan turunnya wahyu.

Menggunakan metode ini dalam perjuangan Islam, kita hanya butuh daya dan kekuatan dari Allah. Semuanya hanya kita serahkan urusan kita itu kepada Allah. Tidak akan jadi pekerjaan di Hidayatullah ini jika kita togo, jika kita sombong.

Jangan kita merasa hebat, jangan kita merasa kuat, merasa hebat. Terus kita bilang, saya bisa. Oh belum tentu. Bahkan meskipun kita seorang penghafal Qur’an sekalipun, kalau urusan ini kita tidak melibatkan Allah, berat itu.

Metode sistematika wahyu (SW) ini, mutlak harus melibatkan Allah di dalamnya. Tanpa Allah, kita tidak bisa bergerak.

Perjuangan dengan SW ini, bukan kita sekedar pintar, bukan kita sekedar kaya atau juga kuat.

Pekerjaan kita ini, Allah langsung pimpro (pimpinan proyek) nya, kita hanya melaksanakan amanah, dan jujur di dalamnya. Kita hanya untuk serius berjuang di lembaga ini. Tidak usah banyak bertanya.

Tidak ada istilah tempat kering dan basah. Sama semuanya, intinya kita berjuang dengan sungguh-sungguh.

Ada juga orang yang sok sibuk, sepertinya dia paling terlibat. Padahal kalau orang kerja, dia datang paling lambat, pulang paling cepat. Allah tahu mana yang main-main mana yang pujungan. Allah turun langsung dalam kerja kita.

Ber-hidayatullah itu, dalam hidup berjamaah ini, adalah pengejawantahan kehidupan ber Islam yang sesungguhnya. Kekurangan dan kelebihan yang ada di dalamnya, harus kita nikmati.

Kekuatan ibadah itu menjadi kunci keberhasilan. Harus kuat ibadahnya. Kuat sholat lailnya. Baru kemudian kita bergerak di siang harinya.

(Pondok pesantren Hidayatullah) Gunung Tembak itu, dimulai dari modal nol. Dibangun dari awal, dulu belum ada gedung. Belum ada apa-apa. Dan kita bisa melihat hasil perjuangan saat ini.

Sekarang ini, kita sudah memasuki usia 25 tahun ketiga Hidayatullah. Alhamdulillah, pendidikan sudah maju, pembangunan sudah banyak, banyak kader penghafal Al-Qur’an, dan banyak alumni, tapi kemudian kita harus tetap bergerak dengan motode SW ini. Dengan senantiasa melibatkan Allah di dalamnya.

وَٱتَّبِعْ مَا يُوحَىٰٓ إِلَيْكَ وَٱصْبِرْ حَتَّىٰ يَحْكُمَ ٱللَّهُ ۚ وَهُوَ خَيْرُ ٱلْحَٰكِمِينَ

Artinya: Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (QS. Yunus:109). (Sarmadani Karani)

*) Tausiyah subuh disampaikan di depan jamaah Hidayatullah Bone, Rabu (27/9/2023). Guru dan dai senior di Hidayatullah Balikpapan ini memberikan ceramahnya dengan gaya dan narasi yang masih berapi-api.