Monday, 26 February 2024 | 06:11 Wita

Kekhawatiran Melahirkan Harapan Kebahagiaan

Editor: admin
Share

Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Setiap orang yang berharap sering dilingkupi kekhawatiran. Khawatir muncul karena tidak terjaminnya harapan yang dinginkan akan terwujud. Kekhawatiran berlebihan menjadikan antara khawatir dan harapan seakan tak bisa bertemu

Harapan berbeda dengan angan-angan. Harapan, menginginkan sesuatu untuk diwujudkan atau diperoleh. Sedangkan harapan yang tidak terkait sesuatu adalah menjadi  angan-angan belaka.

Pada hakekatnya, kekhawatiran adalah sesuatu yang baik, manakala timbul rasa khawatir akan tak terwujudnya suatu harapan. Sebab setiap orang orang yang berharap pasti ada rasa khawatir. Khawatir tak digapai atau pun takut kehilangan sesuatu

Ibnu Qayyim al-Jauzy mengatakan “Siapa mengharap sesuatu, maka disyariatkan adanya tiga hal, pertama; menyukai apa yang diharapkan, kedua; khawatir akan kehilangan apa yang diharapkan, ketiga; berusaha keras untuk mendapatkannya.”

Hidup ini ibarat sebuah perjalanan membawa barang dagangan yang tak ternilai harganya, menuju keberuntungan, kebahagiaan dan kedamaian di dunia dan di akhirat.

Dalam Jami’nya, Turmudzi mengutip hadits dari riwayat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Siapa yang merasa takut (khawatir), ia akan berangkat di waktu malam. Siapa yang berangkat pasti sampai ke rumah. Sungguh dagangan Allah itu mahal. Dagangan Allah itu surga”

Hadits tersebut bermakna, oang mengharap surga Allah haruslah melalui perjuangan berat seperti orang yang berjalan di waktu malam hingga sampai ke rumah.

Allah lah menjadikan harapan bagi orang yang beramal shaleh, dan Allah juga menjadikan rasa khawatir pada mereka. Sehingga harapan dan rasa khawatir yang berguna adalah dengan berbuat amal sholeh.

Kekhawatiran adalah karunia Allah. Dengan kekhawatiran akan memunculkan rasa takut akan azab Allah. Membuat tumbuh semangat untuk bersegera beramal shaleh.

Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya,” (QS Al.Mulminun: 57-61)

Ayat tersebut bermakna, bahwa setiap orang beriman menghendaki kebaikan-kebaikan guna menggapai kebahagiaan. Disamping Allah mensifati yang bahagia dengan ihsan, kebaikan, juga mengaruniainya dengan khauf, kekhawatiran

Ibnu Qayyim mengatakan orang yang berbuat amal sholeh itu pasti bahagia, namun mereka tetap merasa khawatir. Sedangkan orang yang berbuat kejahatan pasti hina, tetapi ia merasa aman-aman saja

Posisi puncak amal akan ditemukan pada keadaan para sahabat Rasulullah SAW, bersamaan pada diri sahabat ditemukan pula puncak rssa kekhawatiran.

Sedangkan kita semua berada pada puncak kekurangan, bahkan melampaui batas, tetapi tidak pernah khawatir dan merasa aman-aman aja. Naudzu Billah mindzalik

Diriwayatkan tentang Abu Bakar ash Shiddiq, bahwa ia memegangi lidahnya lalu berkata “Inilah yang menyeretku ke tempat berbahaya”, Lalu dia pun menangis seraya dia berkata “Menangislah, kalau tidak menangis, berpura-pura menangislah”.

Selama iman masih bersemi dalam dada, kita senantiasa berlindung pada Allah dari tidak adanya rasa kekhawatiran.

Sebagaimana Ali bin Abi Tholib menangisi dirinya dengan tangisan dan kekhawatirannya. Rasa takut yang ada padanya disebabkan dua hal, panjang angan-angan dan hawa nafsu yang diperturutkan

Lanjut kata Ali bin Abi Thalib, “panjang’ angan-angan akan menyebabkan seseorang lupa pada akhirat. Sedangkan hawa nafsu yang diperturutkan akan menghalangi orang dari kebenaran”.

Senantiasalah berada pada kekhawatiran diri, agar tetap berada pada rel kehidupan yang benar dan selalu berbuat Ihsan. Sehingga harapan menggapai kebahagiaan niscaya akan diraih dan dirasakan.dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.(*)



BACA JUGA