Monday, 2 September 2024 | 16:38 Wita

Tausyiah Pemimpin Umum:

Editor: admin
Share

HidayatullahSulsel.com — Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad hadir menyampaikan tausyiah pada
Upgrading Murabbi Wustha
Sabtu, Masjid Al-Muhajirin, Pemaluan IKN, 24 Agustus 2024 lalu. Berikut petikan spiritnya :


Alhamdulillah bersykur kepada Allah dengan kesyukuran yang sempurna. Karena tidak ada sebuah keperluan kepentingan harapan kecuali Allah senantiasa menjawabnya memberikannya sebagaimana di dalam firman-Nya.

Firman Allah : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).,” (Ibrahim [14]: 34)

Nikmat Allah, benar-benar semuanya sudah diberi dan tidak bisa dihitung. Karena nikmat Allah dan nikmat semua yang diciptakan itu adalah untuk manusia. Kecuali yang celaka masuk neraka. Kalau hidup manusia terus nikmat ini disyukuri secara sempurna, sampai di sana, “al-jannatu wa naimuha” Surga dan kenikmatannya.

Dan kehadiran semuanya itu yang termasuk yang dipikirkan oleh kita diharapkan oleh kita adalah nikmat. Kita pikirkan kita harapkan, itulah nikmat. Ketika pengharapan dan munajat itu untuk kebaikan. Semua nikmat. Kerja sekecil apapun itu nikmat juga.

Kata Rasulullah, serendah-rendahnya nikmat iman ini adalah menyingkirkan sesuatu yang bisa menghalangi. Allah katakan, sebesar dzarrah. Siapa yang beramal sebesar dzarrah saja itu nikmat, maka jangan sepelekan.

Dalam dunia adab, seperti ini, nikmat semua. Perwujudan ilmu Allah itulah semua nikmat. Bagaimana kita mengilmui ilmunya Allah, karena itulah kuncinya nikmat. Mengilmui ilmunya Allah.

Bangkit untuk mengilmui ilmunya Allah agar bisa mendapati menemukan inti kenikmatan. Yang pertama, saya tadi apa namanya itu, mencoba mengilmui ilmunya Allah, ketika dibaca al-Qur’an di sini, surah Ali Imrah, ujungnya untuk kita semua. Kunu Rabbaniyyin.

Firman Allah: “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya,” (Ali Imran [3]: 79)

Jadi setelah diilmui, jadilah Rabbaniyyin. Tapi ini tadi permulaan ayat dibaca ini, yang harus direnungi mendalam, diwaspadai, karena boleh jadi hari ini, menjadi guru-guru mulia hari ini, menjadi murabbi ini adalah guru yang paling mulia, jadi murabbi guru paling mulia, kunu rabbaniyyin. Boleh jadi, dan inilah pentingnya awal tadi ini. Apa tadi itu,

Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih,” (Ali Imran [3]: 77)

Sesungguhnya orang-orang yang menjual atau menukar janjinya dan sumpahnya dan keimanannya, tidak ada bagiannya di Akhirat, dan Allah tidak mau berbicara dengannya, tidak ada jawabannya.

Padahal hari itulah hari paling sibuk manusia untuk mendapatkan jawaban atau harapan. Akhirat itu hari paling sibuk. Kalau ujung kenikmatannya kebaikan, maka sudah sibuk dengan kebaikan itu, sudah sibuk dengan kenikmatan. Kalau ujung kesibukannya celaka maka kesibukannya adalah panik.

Maka para kyai-kyai kita di Hidayatullah membuat materi Jadwal Bayani, baik 50 atau 60 memberi kesimpulan tentang al-Fatihah, memberikan kesimpulan inti dari al-Fatihah. Dalam Bayan berapa itu Pak Nasir (Ustadz Muhammad Nasir, Ketua DPD HIdyatullah Balikpapan)? Al-Fatihah itu ujungnya itu kan bayan 50, jadi apa kesimpulannya dari bayan al-Fatihah itu?

Kesimpulan itu ditulis di situ. Kalau tidak salah Bayani tiga al-Fatihah ya, menyatakan isi atau kandungan al-Fatihah menyatakan, misi atau kandungan al-Fatihah, satu, akidah atau iman kepada Allah asmaullah washifatihi, yang kedua iman kepada yang ghaib, artinya dua saja.

Iman kepada yang ghaib, apa itu ghaib? Apa yang dimaksud ghaib itu, apakah Allah itu ghaib, Allah itu ghaib Allah itu syahadah. Apa yang ghaib dari Allah dan apa yang syahadah dari Allah. Yang ghaib itu, hanya bisa diketahui kalau Allah kasi tahu. Itu kesimpulannya. Kalau Allah kasi tahu baru kita tahu. Atau Rasulullah menginformasikan dari Allah sebagai penyambung, baru kita tahu. Kalau tidak, tidak bisa, kita tidak tahu, mereka-reka itu.

Ini wilayah ilmu ruhiyah. Kalau mau mendapat nikmat ilmu ruhiyah. Pertama, ketahuilah ilmu tentang Allah ini. Kalau orang hanya pakai akal, tidak mau pakai ilmu Allah, tidak percaya, karena akal tidak sampai di situ. Bolak balik tidak sampai. Filosof paling filosof, tidak memakai wahyu Allah, tidak sampai. Tapi nabi Ibrahim sebagai manusia filosof pertama sampai, karena dia percaya wahyu Allah. Filosof-filosof Yunani tidak sampai, banyak sekali filosof Yunani itu.

Pertama, filosof alam, Thales, mengatakan wah alam ini berasal dari air. Tapi dia tidak tahu siapa yang ciptakan air. Jadi wahyu saja dan sunnah Nabi atau hadits Nabi.

Firman Allah: “Mereka berkata: Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?” (Al-Mukminun [23]: 82)

“Dan mereka selalu mengatakan: Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?” (Al-Waqiah [56]: 47)

Akal tidak bisa jawab ini, tapi Allah tetap menghargai akal dan mengantarnya. Tapi tetap tidak bisa terima oleh orang yang tidak memakai wahyu. Apakah manusia tidak berpikir bahwa dulu dia tidak ada apa-apa dulu tidak ada?

Firman Allah: “Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali,” (Maryam [19]: 67)

Dulu tidak ditahu, apa ini, sebelum proses manusia dari segumpal. Tidak ada yang tahu. Kecuali Allah yang tahu. Namanya ilmu iradah.

Ada azab kubur, pergi nabongkar kubur eh masih ada tulang belulang. Hanya bisa tahu kalau dikasi tahu. Nabi yang kasi tahu bahwa ada azab kubur. Saya kalau mau tidur, selalu berpikir bahwa nanti saya sendirian di kuburan kemudian datang (malaikat) munkar wa nakir.

Kalau tidak punya komitmen “Rabbunallah” itu namanya pernyataan janji bahwa Kau memang Pencipta. Jadi ada “Yaumul Khuruj” baca surah Qaf. Apa yang dimaksud hari keluar dan hari masuk, ada juga peristiwa bangkit dari kubur. Ini semua tidak bisa ditahu kalau tidak percaya. Kalau orang beriman gampang karena sudah dikasi tahu, Hari masuk, masuk kemana? masuk surga atau masuk neraka. Tapi sebelum sampai kesana panjang perjalanan baru sampai di ujung sana, panjang sekali.

Hari Mahsyar, hari berkumpulnya manusia. Saya tidak tahu matahari akhirat ini, bukan matahari dunia ini, karena sudah tidak ada dunia. Tidak ada lagi perhitungan hari Ahad hari Senin hari Selasa. Karena satu hari itu sama dengan seribu tahun di dunia. Jadi kalau satu hari berdiri di padang Mahsyar, itu sama dengan berdiri selama seribu tahun lamanya. Percaya? Kalau akal saja tidak bisa percaya. Kalau orang beriman sudah dikasi tahu. Tapi akalnya orang kafir? Aih tidak bisa itu, haihata haihata jauh dan jauh.
.
Ini ilmunya Allah, makanya orang beriman selalu bersyukur dan bersabar juga. Karena hidup ini dua saja. Tapi sabar atas ujian ini itulah nikmat.
.
Sebagaimana kata Nabi Ibrahim: “Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri,” (Ibrahim [12]: 12)
.
Sedang Dia (Allah) sudah memberi kesabaran atas seluruh hal-hal yang tidak menyenangkan. Jadi sabar itu nikmat. Tapi itu semua menjadi nikmat kalau ada komitmen iman dan janji tadi. Kalau berdiri di atas itu tetap ada dialog dengan Allah. Allhamdulillah. Atas semua nikmat dan kesabaran. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
.
Itu tadi, akidah itu namanya. Iman kepada Allah. Allah ghaib dan Allah syahadah. Dimana ghaibnya Allah? Ghaibnya Allah tidak bisa dilihat. Hanya Allah memberi tahu bahwa ada hari yang pasti kau sampai padanya jika kau berjalan di atas nikmat ini.
.
Firman Allah: “… Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya,” (Al-Kahfi [18]: 110)
.
Ada waktunya akan datang, pasti akan sampai. ketika Allah berkata kepada penduduk surga, apa lagi yang diinginkan? Tidak ada lagi ya Allah. Aih masih ada, perjumpaan dengan Allah. Yaitu melihat wajah Allah.
.
Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,” (Yunus [10]: 27)
.
Tiga indikatornya. Radhu bil hayatid dunya. Sudah cukup dengan dunia. Wathma-annu biha, dan bersenang-senang. Bagaiamana bentuk kesenangannya? Serendah-rendah fasilitas dunia adalah selimut. Wash shalatu khairun seperti tidak didengar seerti bunyi ayam saja. Tidak masuk. Ada sumbatan.
.
Ini Allah tidak berbicara. Kalau Allah bicara tentu ada respon. Kalau di dunia Allah tidak pernah berbicara dengan kita, sampai Akhirat Allah tidak akan berbicara. Kita saja yang selalu bicara sampai malaikat yang apa namanya itu, di Masyhad mengatakan diam kamu. Jangan bicara.
.
Itulah kesibukan manusia. Masih ada harapannya. Tapi sudah tertutup harapannya. Itu yang dimaksud “la yukallimuhumullah” di dunia Allah juga tidak mau bicara. Kenapa Allah tidak mau bicara? Karena manusia juga tidak mau mengajak bicara Allah. Ghafil. Wa hum an ayatina ghafilun (dan mereka atas ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang lalai)
.
Man ahabba an yuhditsa rabbahu… (hadits Nabi) siapa yang suka bicara dengan Allah, bacalah al-Qur’an. Mendetail sekali bicaranya.
.
Alhamdulillah. Realitasnya Allah ada sifatnya. Manusia diberi >> pasti tidak hadir dengan sendirinya ini. Orang gila orang bodoh ini yang bilang tiba-tiba ada >>> di situ.
.
Tidak mampu diterima akal yang mengatakan ada Pembuatnya ini alam. Tapi ada saja orang yang buntu akalnya yang tidak terima kalau ada Pencipanya alam ini. Padahal tidak bisa ini. Mau diterangkan bahwa ada Pencipta alam ini. Dan mau diterangkan juga bahwa mustahil alam ini tidak ada Penciptanya. Bagaimana cara menerangkannya? Ini ada Allah yang berbicara. Ada sifat-sifat Allah.
.
Sebenarnya kalau saya mengatakan, untung betul kalau sudah di pintu surga, atau sudah masuk surga atau di surga paling rendah. Untung betul sudah itu. Makanya nabi mengatakan, saya menjamin rumah di pinggir surga, di halaman surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar. Dan saya menjamin rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun dia mau. Dan saya menjamin rumah di puncak surga, jadi rumah paling di atas,, itu jannatul Firdaus, orang yang memiliki adab dan akhlak yang baik
.
Pembahasan namanya akhlak budi pekerti ini panjang sekali. Karena Nabi diutus untuk menyempurnakan ini. Bukan pembahasan biasa kalau namanya akhlak. Pembahasan inti. Maka dia masuk dalam syariat yang tidak boleh tidak. Makanya tadi, iman kepada akidah, nama Allah dan sifat-sifatnya. Kemudian syariat, ibadah, dan akhlak.
.
Apalagi satu? Saya sudah lupa ini. Akidah, syariah, ibadah, akhlak, apalagi satu? Kesimpulan besarnya al-Fatihah tadi. Akidah, syariah, dan sirah. Yang saya tanya ini, yang masuk syariat ini apa saja? Ah ini ada ponggawa. Saya takut-takut tunjuk ketua DPW atau murabbi pusat. Jadi syariat itu apa? Ibadah akhlak dan muamalah. Muamalah itu terdiri apa? Munakahat, warisan, tijarah, yang terakhir itu jihad dan kepemimpinan.
.
Di sinilah masuk pembahasan Hidayatullah. Realitas Hidayatullah. Apa realitas Hidayatullah. Hidayatullah ada karena apa? Karena ada pemimpin. Islam ada karena ada rasul.
.
Firman Allah: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (Al-Jumuah [62]: 2)
.
Sejarah tidak ada kalau tidak ada pemimpin, maka orang mengatakan, sejarah itu intinya adalah politik. Orang berkata pemikiran politik adalah pemikiran paling inti. Karena apa? Karena berbicara tentang kepemimpinan.
.
Hidayatullah ada dan bersejarah, memiliki sejarah. Karena ada pemimpinnya. Bagaimana pemimpinnya? Pemimpinnya adalah seorang pemikir, seorang filosof, seorang idealis, bermimpi sampai memimpikan IKN dan sudah jadi kenyataan
.
Beliau (Ustadz Abdullah Said Rahimahullah) pernah bilang, nanti kalau pindah ibukota negara yang paling layak adalah Balikpapan. Waktu itu PPU masih masuk Balikpapan. sekarang sudah pisah, masuk wilayah Paser. Karena memang dia wilayah Kerajaan Sultan Paser. Kalau wilayah Balikpapan sebelah sana itu masuk wilayah Kerajaan Kutai dan luas.
.
Saya berkali-kali jalan dengan beliau itu, di Balikpapan Baru itu, dia bilang ini nanti kota besar. Firasat apa ini? Dia bilang, kalau ada uang kita beli semua ini. Tapi tidak ada uang.
.
Idealisme seorang pemikir. Jadi ini tugasnya murabbi ini membikin pemimpin. Dan membikin pemimpin Indonesia yang berkedudukan di IKN. Itu utopis atau rill? Oh ini riil sekali. Biar anak kecil bisa jawab itu. Asal mau bikin. Asal mulai bikin. Kalau kau bikin pasti jadi. Masih ada waktu 23 tahun masuk Indonesia Emas kata Jokowi. Dua puluh tahun itu satu generasi.
.
Coba bayangkan. Nabi tertindas di Makkah betul-betul tertindas. Tapi begitu masuk di Madinah sepuluh tahun saja terkumpul manusia di Haji Wada lebih dari 125 ribu orang. Bagaimana cara memikirkannya itu, sepuluh tahun dari 3.000 orang yang masuk ke Makkah dari Madinah, tapi sepuluh tahun kemudian sudah lebih dari seratus ribu orang.
.
Hidayatullah punya realitas lagi, namanya geostrategi. Yang realitas Hidayatullah yang ini, ilmu atau worldview, cara pandang Hidayatullah. Cara pandang Hidayatullah dibangun dari epistemologi al-Alaq. Ilmunya al-Alaq. Cara mengilmui ilmu Allah dan bagaimana cara melaksanakan ilmu ini.
.
Coba lihat ya. Tidak pernah kita menemukan satu pembahasan satu filsafat ilmu berpikir kecuali kembali bersumbu kepada al-Alaq. Apa alam ini, siapa manusia ini, siapa Pencipta alam semesta ini. Siapa Tuhannya alam ini. Dan ini sudah dijawab tuntas oleh al-Alaq.
.
Orang masih sibuk berpikir-pikir, siapa ya, darimana asalnya ya, siapa penciptanya ya, kapan diciptakan ya, bagaimana memulai penciptaan ini ya, dan kemana lagi setelah penciptaan ini ya? Itulah jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan filosofis namanya. Sudah tuntas semuanya di al-Qur’an.
.
Itulah sebabnya, sebagian ulama-ulama Islam bilang tidak perlu lagi belajar filsafat. Sudah ada semua di dalam al-Qur’an. Tetapi bagaimana kita menerangkan ini semua. Uluhiyah, teologi kalau kita tidak mengetahui ilmu mereka. Maka perlu juga mengetahui ilmu mereka.
.
Saya masih belajar filsafat ini, selain (belajar) tasawuf. Berbicara filsafat sebenarnya berbicara tentang realitas. Berbicara tentang tasawuf berbicara tentang dongeng. Berbicara filsafat berbicara tentang fenomena. Berbicara tasawuf berbicara tentang nomena.
.
Maka oleh karena itu guru-guru tasawuf mengatakan, al-Qur’an itu memiliki dua sisi keilmuan yang besar, ilmu tentang syahadah dan ilmu tentang realitas. Cara pandang Hidayatullah. Kalau tadi sejarahnya jelas. Abdullah Said sosok pemikir dia juga transformator. Abdullah Said transformator. Murabbi yang jitu, hebat.
.
Kalau mau dibikin menangis, menangis. Kalau mau dibikin ketawa, ketawa itu. Kalau mau dibikin marah, bisa juga. Dibikin marah anak muda di Makassar, berontak semua. Jadi dia seorang transformator.
.
Dan memang begitu, yatlu alaihim (Al-Jumuah [62]: 2). Tapi dia bukan pemimpin kalau hanya idealis, kalau hanya pemikir. Tapi dia juga harus pergerakan. Penggerak. Abdullah Said seorang pengerak. Kalau orang sudah dibius, mau berangkat. Aih tunggu saja anu, apa tugasku? Jadi progressif dan ekspansif.
.
Menjaga semangat juang aau disebut himmatul aliyah. Semangat juang yang tinggi. Di sini (tempat acara upgrading murabbi) tempat tidurnya melantai ya? Alhamdulillah masih ada lantai. Di bawah (dinaungi) atap ya? Alhamdulillah di bawah atap.
.
Ketua panitia tadi bilang apa itu, makanannya enak? Wah jangan enak betul. Nanti takut berjuang kalau tidak enak. Serba kurang serba tidak enak kurang lagi, kira-kira bagaimana itu? Tidak enak, ada perang dalam negeri. Perang dalam negeri di rumah
.
Kata Usman Palese (Ustadz Usman Palese Rahimahullah, seorang pendiri Hidayatullah) gemuk pipinya istrinya (sambil dipraktikkan oleh BPU). Lagi gemuk pipinya istrinya.
.
“Bu, saya mau jalan,”
Kira-kira bagaimana pejuang itu?
Kalau Nabi Ibrahim, “Hei Ibrahim kamu sampai hati tinggalkan kita di sini. Hanya sedikit air cuma sekantong kurma,”
Ibrahim tidak sampai hati melihat. Dia pura-pura tidak dengar.
“Hai Ibrahim, ini perintah Tuhan atau bukan? Iya, Kalau begitu selamat jalan,”
“Hei kenapa gemuk pipinya? Ini tidak ada apa-apa. Anaknya menangis terus. Ini perintah siapa ini? Perintah dakwah center. Aih kalau perintah dakwah center saja pikir-pikir dong,”
.
Firman Allah: Firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari Kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih,” (Ali Imran [3]: 77)
.
Di sini buntu Allah. Tidak berbicara. Mungkin lupa shalat malamnya. Mungkin lupa berdoa.
“Ya Allah tidak ada apa-apa di rumah. Berilah kesabaran istri saya,”
“Ya Allah. Jangan gemuk pipinya besok,”
Tiba-tiba datangmi mobil.
“Bu, bu, sudah datang mobil,”
Aih belum bicara dengan Allah. Istrinya bangun sempoyongan.
“Mau kemana je bapak ini? Pagi-pagi begini,”
“Aih itu nah saya ditunggu di luar di mobil,”
“Aih pergi sudah,”
Dia tidak tanya lagi siapa yang suruh ini.
.
Ini namanya mendakwahi keluarga. Kalau dakwah keluarga dipaksa untuk terima apa adanya saja. Keluarga belum sadar tentang Sistematika Wahyu atau Jati Diri Hidayatullah. Dan kita juga mungkin begitu.
.
Jadi sebenarnya yang penting Allah berbicara. Kalau Allah tidak berbicara. Bukan diselimuti oleh rasa tanggung jawab karena adanya perintah Allah. Tapi diselimuti oleh kekacauan berpikir. Diselimuti oleh fi dhalalin mubin, kesesatan nyata gelap. Terpaksa jalan ini atau terpaksa tidak jalan ini. Kalau Allah berbicara terpaksa jalan, masih ada dalilnya.
.
Firman Allah: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui,” (At-Taubah [9]: 41)
.
Terpaksa pergi berdakwah. Nanti beli oleh-oleh kalau pulang (ke rumah). Jadi habib (Ustadz Lukman Hakim, DMW Hidayatullah Kaltim) kalau pulang ke rumah.
.
“Assalamualaikum. Assalamualaikum,”
Karena tadi dia berangkat dalam keadaan tidak nyaman. Istrinya mengintip-intip dari dalam.
“Weh apa itu yang dibawa, ada bingkisan di belakang. Ada juga kompek di depan,”
Cepat-cepat dibuka pintu. “Waalaikumsalam,”
.
Jadi harus pandai mempertahankan komitmen. Kalau tidak, dia akan terpelanting. Makanya Nabi mengatakan. Aku beruban karena surah Hud itu. Ibnu Abbas berkata, yang paling sulit adalah istiqamah. Wastaqim kama umirta. Istiqamahlah sebagaimana kamu diperintahkan dengan orang-orang yang bersamamu
.
Ini yang paling sulit. Sampai beruban. Husnul khatimah dan suul khatimah. Ada itu suul khatimah. Jangan tidak waspada suul khatimah. Bukan suul khatimah mau mati saja. Tapi suul khatimah karena meninggalkan ladang jihad. Suul khatimah di dalam kehidupan meninggalkan jihad. Meninggalkan perjuangan, meninggalkan kebiasaan baik.
.
Makanya Nabi mengatakan, jangan seperti si fulan, dulu dia rajin shalat malam sekarang tidak. Siapa yang sekarang dulu rajin shalat malam tapi sekarang tidak? Hati-hati. Ini berat. Jadi kunu rabbaniyyin ujungnya ayat ini. Al-Qur’an ujungnya kunu rabbaniyyin ini. Jangan pernah tinggalkan ini al-Qur’an.
.
Alhamdulillah. Saya tadi pagi naik fery kita. Tadinya rencana, sebenarnya mau di Silkar shalat Shubuh. Tapi karena bangunnya setengah tiga shubuh baru bersuci eh sudah setengah empat. Eh sudah jam tiga. Eh tunggu dulu naik, witirnya di fery, shalat dulu.
.
Alhamdulillah sampai di fery ternyata masih ada waktu shalat malam. Tapi saya witir saja. Karena sudah tadi shalatnya. Sudah shalat, zikir zikir, baca memang. Yang biasa dibaca-baca memang, istighfar, wa yastghfiruna bil ashar, karena Allah mengatakan begitu. Pejuang dan orang beriman itu beristighfar pada waktu sahur.
.
Ini kita mau keluar rumah, zikir terus. Subhanallah alhamdulillah, tergantung apa yang mau dibaca. Kalau di dalil tawajjuhat itu baca seratus kali. Ada lagi wirid tambahan, banyak. Sekarang ini kita berada di bulan Shafar (kosong) atau Safar (Perjalanan). Kita meninggalkan lima bulan untuk berkonsentrasi di bulan Ramadhan. Syawal dan Zulqa’dah menguatkan akidah. Zulhijjah sudah tercapai hajatnya di bulan haji. Putih, manusia putih minimal pakainnya putih.
.
Khusus Zulhijjah ada wiridnya sendiri. La ilaha illallah sebanyak emas. La ilaha illallah sebanyak gelombang laut. La ilaha illallah sebanyak pohon di bumi. La ilaha illallah sebanyak hujan dan embun. La ilaha illallah sebanyak tetesan air mata. Sebanyak apa yang dikumpulkan manusia. Sebanyak hari ini sampai hari kebangkitan. Itu wiridnya khusus Zulhijjah. Baca la ilaha illallah sebanyak-banyaknya.
.
Ini bulan-bulan tidak boleh ada pertengkaran tidak boleh ada peperangan. Tapi terjadi juga pertengkaran. Ini bulan safar, bulan pergerakan bulan ekspansi. Di sinilah sejarah worldview Hidayatullah awal milestone Hidayatullah. Apa itu milestone? Titik awal gerakan. Darimana titik awal gerakan Hidayatullah? Ternyata almarhum (Ustadz Abdullah Said) bikin workshop bikin pesantren. Inilah titik awalnya bikin pesantren bikin yayasan. Sekarang berapa pesantren yang ada? Enam ratusan ya?
.
Eh lama sudah saya bicara ini. Alhamdulillah. Di sinilah perwujudan kepemimpinan, membangun shaf. Saya masuk di sini tahun 1980-an awal dakwah di sini. Ini baru diulang 40 tahun yang lalu, makanya saya semangat mau ke sini juga. Ada titik pergerakan dakwah di sini. Sampai sekarang masih ada ya? Ada di Pemaluan. La yamutu fiha wala yahya.
.
Tapi Aku turun tangan, kata Allah. Aku pindahkan istana. Aku pindahkan sendiri. Kenapa Allah pindahkan istana? Menyambung idealisme Abdullah Said. Karena ada orang bertahan sabar di tempat ini. Kalau dia tinggalkan tidak ada, tapi kalau dia sabar masih ada.
.
Nikmat sabar, ditunda saja. Mungkin DPP (Hidayatullah) itu, ada rekomendasi dari Berau, salah satu rekomendasinya, membikin kantor pusat di IKN. Apakah di Silkar atau di Pemaluan. Jadi berkelahi nanti dengan DPW. Gubernur Kaltim berkelahi dengan Menteri. Dan pergerakan ini terus ekspansif. Inilah yang dimaksud geostrategi.
.
Kata Jusuf Kalla, (Hidayatullah) ormas paling cepat (pertumbuhannya). Memang pemimpinnya ekspansif. Tidak ada, saya katakan, tidak ada pengkaderan yang lebih baik kecuali penugasan. Nanti di sana baru tahu kalau saya ternyata pemimpin, sudah bisa ketemu walikota. Kalau di Gunung Tembak terus, ketemu saja pengurus terus. Untung ada Pemimpin Umum di sana, kalau tidak ada Pemimpin Umum di sana, apa mau dibilang.
.
Apa tadi, geostrategi. Hidup ini strategi Hidayatullah. Dan ekspansinya bukan ekspansi wilayah saja. Tapi juga membangun ekspansi sosiokultural, membangun sosiomoral. Yang terakhir, ultimate core Hidayatullah apa? Membangun peradaban. Harus membangun worldview yang massif.
.
Saya baca buku, selalu saya bilang namanya buku Atomic Habit, kecil berpengaruh. Penulis buku itu mencontohkan menata ulang lingkungan. Kalau kau pernah duduk situ, berdiri di situ, kau pernah melakukan perubahan di situ, maka tata ulang itu wilayah yang pernah kau ada di situ. Dikasi minuman, minum, ada botolnya, pakai tisu, di sini tidak ada tempat sampah, maka apa yang sediakala kembalikan seperti sedia kala, bersih datang, maka bersih waktu pergi.



BACA JUGA