Tuesday, 19 December 2023 | 05:00 Wita

Dakwah Politik itu dengan Moral

Editor: admin
Share

Resume Taujih BPU; Penguatan Pakta Integritas Silatnas Hidayatullah 2023 (3)

HidayatullahSulsel.com — Jika kita renungi surah al-Fatihah ini, ini adalah surah kemenangan. Secara sederhana di dalam bayan 50 itu dirumuskan apa isi dan intinya.

Pertama, aqidah. Perbaiki keimanan kepada Allah secara Uluhiyah, Rububiyah dan Asma wa Sifat.

Ada lagi satu, Ihsan. Bekerja, berbuat karena ibadah seperti kita melihat Allah. Allah memerintahkan kita untuk beribadah dan bekerja, itu ihsan.

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

Kemarin itu ada santri ceramah di sini, bagus ceramahnya, kemarin itu, احْفَظِ اللهَ يحفظْك, bagus karena dia urai dengan nada yang bagus juga, lembut, tenang.

Itu anak STIS itu, ndak kalah dengan PUZ. Wahai PUZ, jangan sampai dikalahkan oleh STIS! Ini namanya assaabiqunas-saabiquun, perlombaan sehat. Demikianlah, berlombalah mengambil ilmu dan kesalehan sehingga semuanya nanti menjadi satu ikatan yang luar biasa.

Masya Allah, menyenangkan! Melihat anak-anak berpakaian putih-putih, duduk berdzikir, setelah shalat berdo’a. Saya berkeyakinan, ini di rumahnya anak-anak ini pasti berbeda dengan yang lain, pergaulannya di rumahnya pasti berbeda dengan yang lain.

Nabi saja mengatakan begini, kalian ingin melihat orang beriman maka lihatlah dia bagaimana dia bolak-balik masuk masjid, kalian mau melihat orang baik maka lihatlah bagaimana dia masuk masjid. Ini baru bolak-balik ini, belum dibilang bagaimana dia kencang mengambil posisi yang memang mustajab, yang memang elit.

Kan Nabi manyampaikan, posisi shaf pertama itu posisi elit. Jadi ada pertanyaan, bagaimana kita kasian yang di belakang? Sama-sama dapat, yang penting disini ada persaingan. Sudah setengah mati, ternyata masih kalah kita. Tapi kekalahan itu mendapat dua karena sudah bermujahadah luar biasa.

Yang masalah kalau tidur di masjid, di kunci di atas, nyenyak tidurnya, ndak bangun dia, aii.. masalah ini!! Makanya saya akan sidak nanti itu pak, sebelum shalat subuh saya akan periksa itu kamar-kamar. Subuh, kamar itu harus terbuka. Waktu-waktu shalat kamar itu harus terbuka, ndak boleh terkunci.

Kalau saya jalan seperti itu karena punya kepentingan menjaga agama ini, bagaimana kamar-kamar di atas itu, belum ideal, dengar ini PUZ, belum ideal! Kenapa ada kasur di tempat kuliah, kursinya berantakan, ada tempat sampah yang penuh. Saya sering katakan, tata ulang. Anda keluar dari ruangan itu tata ulang, tata kembali sebelum keluar.

Saya belajar dari rumah ini, kita bangun tidur ganti handuk, celana, sarung, ditaruh begitu lalu masuk kamar mandi. Setelah berwudhu langsung pergi dalam keadaan masih berantakan.

Itu namanya membangun karakter, membiasakan, itulah yang disebut karakter, dan itu tingkatan paling rendah. Yang di atas karakter itu namanya moral, di atasnya moral itu namanya akhlak.

Saya sampaikan ke pak Ketua, tolong nanti harus ada manajemen pengawasan ini. Jangan dibiarkan lagi kumuh dan tidak tertib. Jangan dibiarkan gedung-gedung itu kumuh.

Di sana itu di asrama Abdullah Said, sandalnya ditaruh, kalau kumur-kumur di situ, buang kopi, buang teh, sampai hitam semua depan jendela, kumuh!

Kita datang, apakah ini rumah susun? Apakah penghuninya itu orang-orang yang menyewa? Penghuninya tidak mau tahu apa yang terjadi, siapa penghuninya, ternyata PUZ penghuninya, la haula wala quwwata illa billah.

Siapa Direkturnya, menjalar terus itu pak. Siapa Ketua Yayasannya, siapa Pemimpin Umumnya, menjalar terus.

Izzah, tidak ada izzah!!

Tidak ada izzah di hadapan Allah, tidak ada izzah di hadapan manusia. Inilah makanya akhlak itu luar biasa agungnya, sampai Allah mengatakan,

{وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ} [القلم : 4]

Inilah makanya pak Naspi perlu diperjuangkan, duduk di sana, lakukan perubahan, kita mau tunggu siapa yang mau datang di Cipinang, dan kita harap semuanya lolos 3 ini supaya berjamaah nanti, ramai-ramai melakukan transformasi kasih-sayang kepada siapa saja baru dibawa ke Cipinang.

Ah, ini fikiran saya ini, kaya. Saya kaya sekali ku rasa, mau semua dijangkau. Cuman itu, belum hafal Qur’an juga. Masalah ini karena belum hafal Qur’an. Belum bisa bertutur dengan bahasa Arab, berdiplomasi, ah!!!

Saya sampaikan kepada anak-anak saya, kamu jangan sampai menyesal punya orang tua seperti saya. Saya ini orang tua hebat di hadapan mu, kau bisa kah kalahkan saya? Dalam segala hal. Aku militan, pekerja keras, beribadah keras, berdoa keras, dermawan. Saya bilang di hadapan mereka, maaf ya kepada semua.

Saya ingin kalau dia belum bisa begitu, anak-anaknya ada yang begitu. Saya ingin, jika saya mati nanti mereka punya memori untuk anak-anaknya, eh kakek mu itu begini dulu, kakek mu itu bukan orang sembarangan, saya mau begitu.

Guru-guru saya banyak dari para kyai di tanah Jawa sana, kalau saya sempat dengar ada seorang kyai di suatu tempat maka saya berusaha datangi, apalagi saat itu saya masih belajar di Pendidikan Ulama Jogjakarta.

Saya mendengar ada di Jepara seorang ulama Hadramaut, saya datangi. Karena katanya, anaknya AR Fakhruddin belajar juga di sana.

Kalau di Jawa ada ulama, apalagi di Jogja tempat saya tinggal, pokoknya ku sapu bersih semua, ku datangi.

Baru-baru ini saya lewat di airport yang baru di Jogjakarta itu, oh saya pernah ke tempat ini, dahulu pernah ada kyai saya di tempat ini, Kyai Dimliati namanya. Saya belajar di situ kitab Alfiyah ibnu Malik, di Wates nama tempatnya itu.

Banyak para kyai besar, misal Kyai Raden Hajid, beliau adalah murid pertama daripada Kyai Ahmad Dahlan. Ada pula Kyai Basyir, Kyai Dolhar, ada seorang bertitel Insinyur tapi Kyai juga.

Kyai Hamka, Kasman Singodimejo, Prof Kahar Muzakkir sang perumus Piagam Jakarta, saya temui semua. Pokoknya kapan saya dengar orang terkenal dan tersohor punya ilmu, pasti saya datangi itu.

Tapi kesempurnaan perjalanan saya ini karena ketemu kembali dengan Allahuyarham ustadz Abdullah Said. Inilah kesempurnaan perjalanan saya, yang sebelumnya saya sudah pernah ketemu tahun 1969-1970 di kampung, beliau pernah tinggal di rumah saya.

Dan saya memetik satu nilai yang paling berharga bahwa beliau itu bangun tengah malam jam 12.00 langsung mandi lalu shalat malam. Setelahnya beliau membaca, mengetik, dia bawa terus mesin ketiknya itu. Kemudian saya kembali ketemu di sini pada tahun 1979, masuk disini bersama ustadz Abdul Latif.

Para tokoh-tokoh muda di Bandung, ketika Bang Imad mengatakan, siapa yang mau khatib hari ini? Dan ayat yang dibaca itu surat al-Fath ayat 29, aku lihat-lihat koq tidak ada yang angkat tangan, saya pun angkat tangan, saya!

Benar ini, tempatnya namanya Masjid Al-Mujahidin kalau ndak salah itu, tempatnya orang-orang keras itu, di Bandung waktu itu.

Alhamdulillah, semoga sisa-sisa umur ini masih dapat diabdikan untuk Allah, agama dan umat Islam ini, masih bisa, masih bisa. Mari kita bersama-sama mengabdikan diri, ambil peran!

Sebagaimana cerita sekelompok orang yang di deportasi dari Palestina antara tahun 1993 atau 1994 bersama 19 professor di tengah hutan Lebanon. Pada saat itu puncak musim dingin, banyak kalajengking di sekitar tempat itu.

Tapi luar biasa, berdiri sebuah universitas yang dalam setahun dapat melahirkan master, jadi para profesor tadi itu semua mengajar di tempat pengasingan itu, sehingga melahirkan master dan doktor, luar biasa itu!

Jadi, coba lahirkan pak Naspi ini ya. Tolong Tim Sukses benar-benar merumuskan sehingga kita menjalani ini pekerjaan bersama DPW. Bagaimana benar-benar bisa didudukkan ini.

Demikianlah penjelasan Pakta Integritas, bagaimana moral ini diturunkan, memenangkan pak Naspi itu pertarungan moral, karena kita bukan orang yang punya uang, hanya punya moral.

Tapi buktikan moral ini, moral ini mau dibuktikan! Adakah kesetiaan ini untuk menghadirkan ini dakwah vertikal ini di Senayan?

Ambil bagian, semua harus ambil bagian!!

Di sanalah kita ujicoba diri bahwa saya mampu menerangkan apa yang disampaikan Ustadz.

Benar ini, bukan main-main apa yang saya bilang ini. saya dulu begitu, dari rumah ke rumah. Saya tidak tinggalkan orang itu kalau dia tidak mengatakan iya atau tidak. Begitulah pola rekrutmen saya dulu di tanah Jawa.

Jadi kalau saya dakwahi orang, tidak saya pergi tinggalkan dia kalau dia tidak bilang, insya Allah kita ikut ustadz! Ataukan dia bilang, saya pending dulu pikir-pikir dulu, karena itu jawaban juga.

Dari rumah ke rumah pak, dari masjid ke masjid. Pokoknya kalau ada orang, sini dulu duduk di sini, kita bicara dulu, begitu.

Apakah saya masih harus seperti itu lagi!? Na kalian sudah banyak! Apakah kalian tidak malu, kalau Pemimpin Umumnya masuk ke pasar dan berdakwah begitu di situ!?

Kalau saya tidak malu saya, tapi kalian!?? Bersembunyi, tidak mau turun, ada alasannya. Kalau memang tidak mau, banyak sekali alasannya itu pak.

Ini namanya tidak ada moral, tidak ada iman. Imannya imitasi, impoten kata Allahuyarham ustadz Abdullah Said.

Wallahu’alam.(Sumariadi/habis)



BACA JUGA