Monday, 18 December 2023 | 19:05 Wita

Dakwah, Pekerjaan elit Pekerjaannya Nabi

Editor: admin
Share

Resume Taujih BPU; Penguatan Pakta Integritas Silatnas 2023 (2)

HidayatullahSulsel.com — Selain para pejabat, para ulama itu juga masuk kelompok elit. Orang alim, orang shaleh itu kelompok manusia elit. Bahkan dia bisa lebih elit, pengusaha bahkan politisi minta restu kepada para ulama.

Para ulama sebagai kelompok paling elit karena demikianlah firman Allah dalam QS: al-Mujadilah: 11.

Kendati demikian, para ulama mesti juga berkolaborasi dengan kaum dhuafa, karena Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wa salam mengatakan, “Carilah keridhaan-Ku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian,” HR. Abu Dawud. Sehingga ini menjadi satu kesatuan yang harus diberi perlindungan.

Alhamdulillah, Gerakan Dakwah Vertikal memerlukan upaya ekstra, karena inti perjuangan syaitan di sini. Peranan syaitan adalah untuk tidak memberi ruang kepada orang baik untuk berperan. Karena jika orang baik berperan, “جاء الحق وزهق الباطل”.

Maka di Eropa ada namanya Islamophobia, sebenarnya takut. Amerika menstigmakan kelompok teroris itu adalah Islam. Itu sebenarnya wujud rasa takut yang luar biasa. Dan memang Qur’an bilang begitu, mereka itu punya rasa takut yang luar biasa.

Tapi di sinilah, bagaimana prinsip-prinsip Islam itu dihadirkan dalam preambul surah al-Fatihah seperti itu. Preambul Qur’an; Bismillahirrahmanirrahim, bismil-uluhiyah asma wa sifat, baru kita mengatakan Alhamdulillah Rabbil’alamin.

Semua akan hadir dengan keterpujian, hadir di muka bumi ini dengan keterpujian. Berfikir secara terpuji, alhamdulillah. Melihat secara terpuji, alhamdulilah. Mendengar secara terpuji, alhamdulilah. Berkerja secara terpuji, alhamdulilah. Semua terpuji karena Allah-lah yamg Maha Mengatur semesta alam, maka semuanya terpuji.

Maka ucapan kemenangan hadirnya terpuji itu, Allahuakbar. Itulah dzikir kemenangan. Bahwa yang menang ini Allah, bukan siapa-siapa yang menang di sini.

Itulah mengapa ibadah kita diikat dengan doa, ya Allah kami semua ini “نعبد”, hanya menyembah kepada-Mu. “ونستعين”, dan kami hanya meminta pertolongan kepada-Mu. Inilah ikatannya, ikatan ruh, ikatan moral.

Karena itu, ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Mana itu jalan lurus? Jalannya orang-orang yang diberi nikmat, yaitu para Nabi.

Jadi inilah yang diperjuangkan Hidayatullah, sistem nubuwah, kepemimpinan nubuwah.

Kalau ada itu ada harga diri, kalau ada eksistensi jama’ah ini itu ada harga diri. Harga diri di hadapan Allah dan harga diri di hadapan manusia.

Makanya Allah tidak tanggung-tanggung; bukan jalannya orang yang dilaknat, bukan jalannya orang yang dimurkai.

Sebenarnya ayat-ayat Qur’an itu semua ada munsabahnya, tergantung kemampuan intuisi untuk menangkapnya, ada semua hubungannya.

Jadi kekuatan potensial, kekuatan aktual, yang kita mau ini kekuatan gerak! Karena Allah mengatakan begitu,

{وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِّمَّا عَمِلُوا ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ} [الأنعام : 132]

Kerja. Kerja itu adalah “ahsanu ‘amalan”.

Sebagaimana yang dipaparkan Pak Ketua (Yayasan Kampus Induk Ummul Quro) tadi, urutan-urutan kerja, anggaran Rp 70 miliyar habis ini untuk tahun 2023. Bagaimana the next ? Bagaimana berikutnya ? Apakah stagnan, atau melorot!? Atau meningkat!?

Kerja, kerja, lakukan silaturahim. Yang paling bertanggung jawab kerja keras ini DPW dan (struktur) ke bawahnya ini. Kerja keras!

Saya ini berfikir keras dan berdoa keras, dan saya minta kita bersama-sama kerja keras. Jangan ada warga Hidayatullah ini tidak kerja karena ini adalah Gerakan Dakwah Vertikal.

Jangan malu, karena ini jalan!

Saya pernah mendengar ketika Bapak Aksa Mahmud terpilih menjadi anggota DPD-RI Sulawesi Selatan. Beliau mengatakan, “Inilah salah satu karunia Allah, bahwa kemudian saya bisa melanglang ke seluruh dunia, ke mancanegara dengan fasilitas ini”

Saya ingin ustadz Naspi Arsyad seperti itu, dan bahkan lebih. Karena dia bisa membawa Hidayatullah dengan visi Membangun Peradaban Islam. Mengkomunikasikan ini Hidayatullah dengan menggunakan ini sebagai salah satu jalan.

Tawadhu iya, tapi beginilah kancah di era modern ini. Pasang itu titel, karena titel itu bukan sesuatu yang dibeli, titel itu diperjuangkan. Allah beri itu karena ada perjuangan. Pasang, sehingga nyambung nanti itu komunikasi kita.

Tolong dukung santri kami ini, pemimpin kami, ustadz kami, ini orang berilmu, tamatan Madinah, kami ingin mendudukkan di Senayan, supaya dia berdakwah di Senayan, agar makin banyak orang yang menerima dakwah Islam ini lewat Hidayatullah, supaya negara ini akan baik, punya moral.

Begitu, ada komunikasi. Ndak usah orang bertanya lagi siapa itu. Setelah diliat titelnya, ooo ini orang berilmu.

Jadi jangan ada yang tidak mengambil peran ini, turun! temui orang! Katakan seperti apa yang saya katakan tadi, katakan!

Sisir ini Balikpapan, Teritip, Gunung Binjai, masuk pasar Gunung Tembak.

Ini pekerjaan elit, pekerjaannya Nabi, inilah jalan-jalan yang kita mau lewati. Bahwa dia hadir secara konstitusional untuk merubah moral bangsa ini, moral kaum elit, dimana Hidayatullah hadir di situ lebih dekat lagi dengan komunikasi

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah Rabbil’alamin, Ar-rahmanirrahim, Maliki yaumid-Din, luar biasa sudah itu.(Sumariadi/Bersambung)



BACA JUGA