Wednesday, 30 August 2023 | 22:40 Wita

Sentuhan Dakwah di Cafe, Halaqah Wustho Abdullah Said Bone Berhalaqah di Cafe Kopi Teduh

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Bone, HidayatullahSulsel.com — Suasana sore di Cafe Kopi Teduh Watampone belum terlalu ramai, di sudut ruangan anak-anak remaja putra dan putri seusia SMP tampak asyik bercanda sambil bermain asap putih dari rokok elektronik Vape yang dihembuskan menyerupai asap lokomotif kereta api tua, memenuhi setiap sudut ruangan.

Sangat miris melihat gerak-gerik tingkah mereka. Di usia yang sangat belia mereka telah terjebak dalam pergaulan lepas dari pantauan orang tua.

Pukul 16.00 waktu setempat, para peserta halaqah mulai berdatangan disambut ramah oleh pemilik cafe yang merupakan salah satu donatur rutin pesantren Hidayatullah Putri Panyula Bone. Sebuah ruangan VIP full AC di ujung sebelah kanan ruangan cafe, telah disiapkan oleh tuan rumah untuk tempat berhalaqah.

Kurang lebih 15 menit kemudian halaqah rutin pekanan halaqah kader wustho Abdullah Said dimulai dengan doa pembuka, berinfaq dan membaca Qur’ an secara bergiliran.

Halaqah kali ini diikuti oleh 15 orang peserta dan dipimpin oleh Ustadz H Burhanuddin Abdul Djabar MA selaku murobbi halaqah. Tidak seperti biasanya halaqah pekanan yang digelar pada abu 30 Agustus 2023 tidak dilaksanakan di pondok pesantren atau di rumah peserta halaqah secara bergilir, melainkan dilaksanakan di cafe Kopi Teduh.

Cafe Teduh, sebuah cafe terbesar dan ternama di kota Watampone milik salah seorang donatur pesantren. Ide untuk menggelar halaqah di cafe bertujuan untuk memperkuat silaturahmi dan memberikan sentuhan dakwah di lingkungan cafe yang selama ini identik dengan sebagai tempat hiburan dan hura-hura.

Kegiatan halaqah wustho yang membahas problematika keummatan dengan pendekatan kajian manhaj nabawi menjadi lebih hidup dan bermakna karena diperhadapkan langsung dengan tantangan pada obyek-obyek dakwah seperti lingkungan cafe yang notabene sangat jauh dari nuansa Islami.

Setelah seluruh rangkaian kegiatan halaqah selesai dilaksanakan, pemilik cafe yang menjadi tuan rumah halaqah menyajikan jamuan makanan dan minuman gratis ala cafe yang jika dinominalkan jumlahnya cukup besar untuk ukuran peserta halaqah, jika ditaksir nilainya lebih dari tiga ratus ribu rupiah.

Namun bagi pemilik cafe jumlah itu tidaklah seberapa nilainya dibandingkan sentuhan dan nuansa dakwah yang dirasakan dengan kehadiran para peserta halaqah yang bermajelis ilmu di cafenya.

Bagi kaum muda milenial, cafe atau warung kopi ( warkop) adalah tempat yang paling nyaman untuk ngobrol santai , merokok, ngopi sambil mendengarkan alunan musik dan berselancar di dunia maya.

Cafe menjadi tempat pelarian sekaligus wadah pencarian jati diri bagi kalangan remaja dan pemuda. Tak jarang cafe pun menjadi tempat untuk bercengkrama dengan lawan jenis yang bukan muhrim atau pacaran.

Menjadikan lingkungan cafe sebagai obyek dakwah dengan kegiatan ngopi sambil ngaji , mulai menjadi trend di kalangan aktifis dakwah milenial, khususnya yang tergabung dalam komunitas bikers, seperti yang dilakukan bikers subuhan di Bulukumba dan di kota Watampone.

Kegiatan di cafe yang diinisiasi para aktifis dakwah milenial di dua kota tersebut juga melibatkan komunitas bikers Hidayatullah Celebes (Sulawesi) yang dikomandoi dai muda milenial DR Khaerun Misjaya MPd , yang saat ini menjadi salah satu anggota Dewan Murobbi Hidayatullah Sulawesi Selatan.

Semoga inovasi dan terobosan dakwah yang dilakukan oleh aktifis dakwah milenia ini, lebih mengena pada sasaran dakwah utama mereka ,yakni kalangan generasi muda milenial yang saat ini sudah terhempas dan terbawa gelombang kehidupan hedonis yang mengancam dan menghancurkan masa depan mereka.(Dwi Fii Amanillah)



BACA JUGA