Monday, 25 December 2023 | 13:40 Wita

Catatan Rakerwil Hidayatullah Sulsel, Kemandirian itu…

Editor: admin

Oleh: Sarmadani Karani, Ketua DPD Hidayatullah Sidrap

Rakerwil, HidayatullahSulsel com — Sebuah rencana tanpa kerja, ia cerita belaka. Sebuah kerja tanpa rencana, adalah merencanakan kegagalan.

Dari arena Rakerwil Hidayatullah Sulsel, 22-24/12, yang digelar di Gedung PGRI Sengkang, Kabupaten Wajo Sulsel, menghasilkan sebuah tagline.

Tageline di 2024 itu adalah “Kemandirian Amal Usaha dan Jama’ah, Mewujudkan Organisasi Unggul dan Berpengaruh”.

Aku dapat tugas, membuat catatan khusus untuk tagline ini, dari seorang pejabat teras pengurus DPW Hidayatullah Sulsel. Kemarin, saat Rakerwil tidak sempat menulis ini. Hari ini, sambil menunggu rebusan 350 butir telur asin, saya coba mengurai tagline tersebut.

Saya tidak mau berspekulasi tentang kemandirian itu, bahwa kemandirian itu di tahun 2024 ini harus mulai terbangun, baik organisasi dan jama’ah. Secara pribadi, usaha telur asin ini adalah bagian dari upaya kemandirian tersebut. Meski hanya usaha kecil menengah, atau di bawahnya lagi.

Pada dasarnya, dakwah Rasulullah dimulai dengan berdagang. Rasulullah mencoba menjualkan barang milik seorang janda kaya di Makkah saat itu, Khadijah.

Lewat usaha dagang yang Muhammad rintis, banyak orang tertarik dengan cara dan akhlak dagangnya. Beliau jujur dan amanah dalam dagang. Tidak pernah berbuat curang, selalu bayar utang, dan menepati janji. Kalau ada barang cacat, bisa kembali. Apalagi kalau hanya telur yang busuk, dijamin ada garansi bisa diganti.

Hal ini yang membuat juga, Khadijah tertarik kepada Rasulullah. Karena akhlak dagangnya.

Membangun jiwa berdagang, dalam jiwa setiap jama’ah Hidayatullah, rasanya mutlak adanya. Bahwa kita, jama’ah Hidayatullah yang terus banyak dan berkembang, tidak mungkin lagi hanya mengharapkan gaji dan natura dari lembaga. Ini skala pribadi.

Ustad Dr Sholeh Usman, Kadep Perkaderan DPP Hidayatullah, pun menceritakan pengalaman dagangnya, saat menjual telur bebek mentah ke jama’ah. Beliau juga membuat branding kopi telur bebek yang diberi nama “Jamu Aba”.

Jiwa dagang ataupun enterpreneur dalam diri kader harus terbangun. Yang kemudian, jika kader-kader ini berhasil kaya, tidak dikhawatirkan lagi, kemana harta dan jiwanya akan berlabuh, kecuali untuk perjuangan. Dia meleburkan seluruh hidupnya dalam perjuangan ini, baik harta dan jiwa.

Amal usahanya pun demikian. Harus bisa tampil mandiri, dan bersaing dengan yang lain. Istilahnya, berfastbiqul khairat.

Pendidikan formal, non formal, panti asuhan, apalagi usaha ekonomi, semua harus dikelola secara profetik dan professional, agar kemandirian itu bisa terbangun.

Meminjam istilah dari Ketua DPW Hidayatullah Sulsel, Ustad Drs Nasri Buhari MPd, tidak adalagi sekolah yang dikelola abal-abal, semua lembaga pendidikan harus dikelola secara profesional. Untuk menghasilkan kader yang militan dan tangguh.

Tagline ini menjadi lebih menarik. Bahwa dari kemandirian jama’ah dan organisasi, nantinya akan terwujud Hidayatullah yang unggul dan berpengaruh di Indonesia bahkan dunia.

Dari tagline tersebut dapat diurai. Pertama adalah kemandirian, kedua amal usaha, ketiga jama’ah. Selanjutnya keempat mewujudkan, kelima organisasi yang unggul, keenam berpengaruh.

Alhamdulillah, di Hidayatullah Sulsel, dengan upaya yang masih tertatih, kemandirian itu terus dibangun. Pendidikan di kampus Madya sudah mulai serius berbenah.

Usaha ekonomi telah mencatatkan pendapatan atau laba sebesar Rp 100 juta di tahun 2023. Juga BTH yang telah mulai menggeliat.

Tahun 2024 nanti, masih ada setahun masa jabatan para pengurus DPW. Semoga bisa berdiri Griya Sehat, dan Pos Dai Hidayatullah Sulsel yang bisa dikelola secara profetik dan professional. Amin.

Bulcen, 25/12/2023



BACA JUGA

SULSEL TODAY