Tuesday, 6 August 2024 | 18:36 Wita

Taushiyah BPU : Munajat dan Jihad

Editor: admin
Share

Oleh: Sarmadani, Ketua DPD Hidayatullah Sidrap

HidayatullahSulsel.com — Bapak Pemimpin Umum (BPU) Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad berkesempatan menyampaikan tausyiah di arena kegiatan sosialisasi revisi jadwal 60 Bayani dan Upgrading Murabbi Halaqah Wustho di di Rumah Quran Hidayatullah Parengki, Suppa, Pinrang, 5-6 Agustus 2024.

Ustad Dr. Tasrif Amin Ketua Dewan Murabbi Pusat dalam pesan WA nya memberikan ringkasannya:
“Dalam salah satu uraian BPU tadi pagi, bahwa esensi pergerakan ini ada dua, yaitu munajat dan jihad. Dalam berjihad ada syura, untuk mendapatkan keputusan dan kebijakan dari imam. Selanjutnya para amir membuat perencanaan dan eksekusi program untuk dilaksakan umat secara terpimpin.”

Taushiyah beliau yang berdurasi sekira 2 jam 30 menit ini diiringi dengan nasihat tentang murobbi, cerita dan hikmah perjalanan beliau, serta candaan lepas tentang perjuangan di Hidayatullah yang membuat peserta tetap semangat mengikutinya.

Saya yang hadir sebagai driver BPU, turut mencatat pesan pesan yang beliau sampaikan. Berikut petikan ringkas ceramah di hadapan murabbi se-Sultanbatara tersebut :

***

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, dengan rasa syukur yang tak terhingga, Tuhan yang memberikan hidup ini dalam iman, Islam dan ihsan.

Bersyukurlah kepada Allah, semoga Allah meridhoi semuanya. Memang kita hidup dalam rangka mengharap keridhoan Allah.

Wamaa taufiqi illa billah. Dan tiada taufiq kecuali dari Allah.

Alhamdulillah, kita berjuang ini, atau hidup di dunia ini, karakter utamanya adalah jihad.

Karakter itu bahasa di dalam pengertian orang barat, pengertian unum, karakter itu pembiasaan apa yang selama ini difikiran, kemudian itu dilakukan. Kemudian terbentuk sebuah kebiasaan.

Dalam Islam itu karakter itu moral, karakter itu akhlak. dia berupa karakter dalam ibadah, karakter dalam bekerja.

Semua pembentukan karakter itu dimulai dari iradha. Dan daru Ilmu iradha ini melahirkan jihad.

Perjuangan di Hidayatullah ini tidak bisa ada tanpa munajat dan jihad. Inti dari hidup ini adalah Munajat dan Jihad itu.

Munajat itu sesuatu yang direncanakan, terus didoakan, dan diusahakan. Terus menerus itu dilakukan.

Masjid ini butuh waktu proses yang lama. Ini baru mau selesai, sempat berhenti pembangunannya saat masa Corona. Tapi terus saya munajatkan, sehingga bisa seperti sekarang ini. Dan alhamdulilah bisa kita tempati shalat.

Dari munajat ini kemudian lahir kesungguhan, kesungguhan untuk melakukan kebaikan. Itulah Jihad kita. Kesungguhan kita dalam berjuang di Hidayatullah itulah yang menjadi jihad kita.

Jihad kita di Hidayatullah tentu melalui jalur dakwah dan tarbiyah.

Saya mencoba memunasabah surah Al Ankabut dan Jihad. Apa hubungannya Al Ankabut dan jihad.

وَٱلَّذِینَ جَـٰهَدُوا۟ فِینَا لَنَهۡدِیَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِینَ

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik
[Surat Al-Ankabut: 69]

Rupanya ada yang luar biasa dengan perjuangan Al Ankabut itu dalam membuat sarang. Bagaimana dia memproses membuat sarangnya dengan susah payah. Ia naik membentuk sebuah benang, kemudian menjatuhkan diri, naik lagi, terus begitu dan menjadi sarang.

Setelah itu datang angin bertiup, rusak sarangnya, dan dia buat lagi.

Itulah Jihad Al Ankabut.


Saya sampaikan di Pemuda (saat Rakernas di Makassar akhir pekan lalu) , ada 3 pemuda hebat yang sangat luar biasa. Mereka adalah Musa, Ibrahim dan Ashabul Kahfi

Silahkan kita lihat bagaimana perjalanan tiga pemuda hebat ini.

Mana dari mereka yang kita pilih? Jelas semua hebat, semua adalah pemuda yang progresif.

Dari ketiga perjuangan pemuda ini, mana yang dipilih. Semua dipilih dan dilakukan secara kondisional. Ada saatnya kita berdakwah masih diam, ada saatnya sudah harus turun dari siap bertinju.

Kita ini tidak sekedar membangun karakter, tapi membangun akhlak. Karena bekerja, karena beribadah itu akhlak.

Berfikir itu adalah bagian dari Akhlaq. Akhlaq menghargai pemberian Allah berupa akal.

Akhlak yang benar, ilmu yang benar itu semua harus didasari dengan wahyu, dengan Quran. Ilmu agama yang tidak didasari wahyu itu ilmu khayalan.

Tidak ada jalan berfikir yang benar, tidak ada jalan ibadah yang benar, tidak ada kebaikan benar, kecuali dengan Quran. Wallahu ta’ala a’lam.(*)



BACA JUGA