Monday, 11 September 2023 | 09:21 Wita

Ana Khairan Minhum Bibit Kesombongan

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Pertarungan tersohor beberapa tahun lalu adalah duel antara Khabib Nurmagomedov dan Conor McGregor. Sampai memuncaki daftar pertarungan UFC di Las Vegas AS sebagai pertarungan dengan pendapatan terbesar dalam sejarah.

Rivalitas keduanya telah dimulai sebelum naik ring hingga insiden usai pertarungan. Itulah membuat laga ini sangat menarik.

Sebuah pertarungan antara kepercayaan diri dengan kesombongan. Menyita perhatian dunia lantaran provokasi emosi dari McGregor yang sombong, memandang remeh Khabib yang taat menjalankan syariat. Dan akhirnya kemenangan pun diraih oleh Khabib.

Drama kehidupan antara kesombongan dan kepercayaan diri sebagai buah dari ketawadukan adalah sesuatu yang ada sejak manusia tercipta dipermukaan bumi.

Penciptaan Nabi Adam as, memfragmenkan kompotisi antara kepercayaan diri Adam oleh kelebihan ilmu yang diajarkan oleh Allah kepadanya, yang berseberangan dengan sikap sombong ditunjukkan Iblis yang enggan mentaati perintah Allah.

Keengganan iblis untuk taat pada perintah Allah tidak sebagaimana ketaatannya semua malaikat untuk sujud kepada kepada Adam atas perintah Allah.

Seperti yang diceriterakan dalam QS:2;31;35 bahwa Allah memberikan kelebihan pada Adam dari pada malaikat. Karena Allah memberi kemampuan kepada Adam untuk bisa menjadi pemimpin di permukaan bumi.

Walaupun malaikat adalah makhluk yang lebih duhulu diciptakan dan selalu taat pada Allah. Namun tetap diuji ketaatannya dengan diperintahkannya untuk sujud kepada Adam. mahluk new comer, pendatang baru.

Semua malaikat pun taat pada perintah Allah, yakni sujud kepada Adam. Kecuali iblis karena merasa lebih mulia dari pada Adam.

Berdasarkan peristiwa dalam ayat tersebut di atas, dapat dipahami bahwa kesombongan adalah karakter dari sikap mental mahluk. Sikap mental merasa lebih baik karena memiliki kelebihan dari yang lainnya.

Termasuk diantaranya sikap mental sombong oleh keengganannya iblis untuk mentaatiNya, disebabkan karena tidak menerima dan mengakui kelebihan Adam dari pada malaika, termasuk iblis.

Dalam persepsi iblis tergambar pemahaman terbalik. Mengapa saya harus sujud kepada Adam. Bukankakah saya ini adalah mahluk yang lebih mulia dari Adam ?

Merasa lebih mulia dari yang lain, Inilah asal muasal timbulnya sifat-sifat kesombongan pada mahluk, tak terkecuali pada diri manusia.

Alasan kesombongan Iblis yang lebih mulia daripada Adam sebagai manusia tercantum dalam firmanNya QS: Al-A’raf: 12 (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Sikap merasa lebih yang dimiliki Iblis karena diciptakan dari api sementra Adam hanya dari tanah membuat Iblis memposisikan dirinya lebih baik dari Adam.

Rupanya sifat ini menjadi penyakit mental yang menjangkit dan menulari anak cucu Adam. Merasa lebih, menyebabkan lahir sikap ana khairun minhu (saya lebih baik dari dia)

Sifat tersebut lahir bisa karena merasa lebih memiliki status sosial, keilmuan, fisik, kepangkatan, kesenioran, jabatan, atau pun oleh berbagai faktor lain. Yang membuat dirinya merasa posisinya lebih mulia dari yang lainnya.

Dampak lebih buruk dari sifat sombong itu adalah terjadinya kompotisi tidak sehat. Mentalitas tidak memahami kekurangan dirinya serta tidak mengakui kelebihan orang lain akibatnya munculnya sifat buruk, seperti saling menyakiti, saling membenci, saling menjatuhkan, bahkan saling menghancurkan.

Lebih mengkhawatirkan dari sikap kesombongan ini bisa jadi membias kepada kesombongan kepada Allah, dengan mengakui sifat keMaha Kuasaan Allah. Sehingga tidak mau tunduk pada perintah dan menjalankan syariat Allah.

Sementara ukuran kemuliaan seseorang adalah ketundukan dan kepatuhan pada perintah Allah. Dan sikap ini muncul ketika jiwa bersih dari berbagai bentuk kesombongan.

Ketika hati dan jiwa bersih niscaya menumbuhkan kesadaran diri, mengakui akan kekurangan dirinya. Selanjutnya kembali kefitrah ketauhidannya, mengakui kebesaran hanya Milik Allah yang dipatuhi dan disembah

Sebagaimana dalam firmanNya. “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya.” (Doa Dzun Nuun, Al-Anbiya: 87).(*)



BACA JUGA