Monday, 11 September 2023 | 09:45 Wita

Guru, Pendidikan dan Pesantren

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Fatahillah Abu Sitta, Kepala BMH Maros

HidayatullahSulsel.com — Alhamdulillah, rute perjalanan menuju gerbang generasi cerdas, sholeh dan bertaqwa, serta memelihara kaum lemah, rakyat jelata, melalui pembangunan infrastruktur pendidikan dan pembangunan kesehatan jiwa dan raga, merupakan jalan terbaik untuk kesuksesan keberkahan secara jama’i.

Kata Imam Syafi’i jika ingin sukses dunia mesti pintar, punya ilmu, begitu juga sukses akhirat dengan ilmu. Artinya betapa pendidikan menjadi nyawa bagi kemajuan individu dan masyarakat.

Untuk Sulawesi Selatan berapa jumlah guru yang ada? Bagaimana kualitasnya ? Dan bagaimana peta cluster pendidikan? dan dari hasil pendidikan bagaimana menopang roda gerakan perjuangan?

Dan seperti apa konsep pendidikan gratis berkualitas? Bagaimana menjadikan pesantren mandiri, maju dan berdaya saing?

Begitu banyaknya tanggung jawab moral dan sosial terkait pendidikan. Maka perlu fokus dan konsentrasi tinggi untuk meriset, mengkaji dan mentilawah pendidikan sehingga melahirkan guru-guru yang memiliki jiwa ikhlas yang kuat, guru yang siap berkorban jiwa raga, berjiwa peka dan peduli, tentu selalu terdepan dalam memberikan keteladanan.

Pesantren merupakan pabrik sekaligus laboratorium untuk melakukan pembinaan generasi, terobosan gagasan yang berani, narasi dan inovasi gerakan harus lebih fokus dalam mentilawah, di era ini pesantren menjadi solusi solutif untuk terjaganya generasi dari segala bentuk pengaruh negatif yang setiap saat menyerang generasi

Hadirnya guru berjiwa Ing Ngarso Sung Tulodo Ing Madya Mangun Karso Tut Wuri Handayani, adalah hal utama untuk kemajuan pembinaan generasi, standarisasi guru diperlukan untuk mengokohkan akar kesuksesan generasi.

Atmosfir Al Alaq harus terus menjadi nyawa bagi seorang guru dan santri, bagaimana menata dan mengelola agar warisan baca ini terus menjadi nafas kehidupan?

Jangan sampai guru dalam sehari tidak membaca.
Pernyataan Edwin Louis Cole, yang menegaskan “Kebodohan adalah hasil dari hilangnya kebiasaan membaca”. Pernyataan Edwin Louis diperkuat dengan pernyataan salah seorang novelis terkemuka Austria, Frans Kafka yang lebih tegas lagi menyebutkan bahwa buku harus menjadi kampak untuk menghancurkan lautan beku dalam diri manusia. Yang dimaksud lautan beku adalah kebodohan.

Kaisar Jepang ketika mendengar berita pemboman Jepang oleh Amerika serikat, Kaisar selaku pemimpin tertinggi Jepang pada saat itu langsung mengumpulkan para jenderal yang tersisa dan bertanya berapa jumlah guru yang tersisa. Pertanyaan ini lantas membuat bingung para Jenderal. Sebab, semula mereka mengira sang Kaisar akan menanyakan perihal tentara, alih-alih guru yang masih tersisa.

Kaisar mengatakan bahwa Jepang telah jatuh. Kejatuhan ini dikarenakan mereka tidak belajar. Jenderal dan tentara Jepang boleh jadi kuat dalam senjata dan strategi perang, tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bom yang telah dijatuhkan Amerika

Kaisar Hirohito kemudian menambahkan bahwa Jepang tidak akan bisa mengejar Amerika jika tidak belajar. Karenanya, ia kemudian mengimbau pada para Jenderalnya untuk mengumpulkan seluruh guru yang tersisa di seluruh pelosok Jepang. Sebab, kepada para gurulah seluruh rakyat Jepang kini harus bertumpu, bukan pada kekuatan pasukan.

Baca: Hiroshima Peringati 75 Tahun Bom Atom Kaisar Hirohito kemudian bergerak untuk mengumpulkan sekitar 45.000 guru yang tersisa pada saat itu dan memberi mereka arahan.

Kehadiran guru pada saat itu manjadi hal krusial bagi seluruh lapisan masyarakat Jepang. Karenanya, perlahan negara ini dapat kembali bangkit dari keterpurukan.
Sumber: SindoNews

Pembangunan manusia melalui pendidikan menjadi arah kekuatan bagi pesantren, ukuran keberhasilan ditinjau dari melahirkan guru yang memiliki full skill dan memiliki power GNHalaqohmabit, guru yang selalu fokus mengurus generasi di pesantren

Bila fokus pada pembangunan manusia melalui investasi pendidikan dengan fokus dan serius, kedepannya akan maju dan berkembang di segala sektor, karena penggerak roda pesantren telah tersibgoh dengan baik melalui pendidikan gratis berkualitas

Hari ini dibutuhkan fokus dan serius, peran dan fungsi pemegang kebijakan sejatinya membuat sebuah rumusan dan terobosan untuk hadirnya guru-guru hebat menghebatkan yang telah melewati fase pra Wahyu secara alami ilmiah, dan mempelajari , mahami dan mengamalkan sistematika Wahyu dengan penuh semangat membara

Dengan itu pendidikan menjadi arus terang menyala untuk perubahan dan perbaikan, yang mengokohkan akar kekuatan jiwa raga generasi.(*)



BACA JUGA