Thursday, 14 September 2023 | 09:33 Wita

Ketika Kesombongan Menemukan Hidayah

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Pada dasarnya fitrah manusia senang dihormati dan dihargai, tidak suka dengan kesombongan. Baik diperlakukan dengan sombong ataupun berprilaku sombong terhadap orang lain.

Sebaliknya, sekalipun manusia berprilaku sombong dan angkuh, dalam dirinya tetap menyukai sifat kasih sayang, saling menghargai dan saling membantu.

Ketika kesombongan dan kebencian diperhadapkan pada sifa dan perilaku baik, seperti ketegaran, kelemah lembutan dan kesabaran dan lainnya, sering kali terjadi hal yang tak terduga sebelumnya.

Sikap sombong dan benci justru bisa berbalik hati menjadi sepenuh cinta dan sepenuh pengorbanan .

Arnoud Van Doorn, tahun 2008 lalu, pernah membuat marah umat Islam atas besutan filmnya berjudul Fitna (Hasutan). Film itu menggambarkan Nabi Muhammad SAW secara salah.

Setelah bertahun-tahun berpropaganda melawan ajaran Islam, pada akhirnya Van Doorn sang produser film tersebut kini justru menjadi pemeluk Islam tahun 2012.

Van Doorn, yang dulu adalah anggota Partai Kebebasan pimpinan Geert Wilders, politisi rasis Belanda, pun lalu naik haji tahun 2013

Dia pun menyesal telah mengambil bagian dalam produksi film penuh kebencian Fitna. Dia mengatakan, sekarang dia berada di Tanah Suci untuk menebus dosa-dosanya.

Demikian halnya peristiwa ke-Islaman para sahabat, banyak mengkisahkan betapa sebelumnya mereka membenci dan memusuhi Islam dan kaum muslimin bisa menjadi orang yang paling tinggi cinta dan pengorbanan pada pembelaan Islam.

Siapa yang tidak kenal dengan kebencian dan permusuhan Umar bin Khattab kepada Islam. Dia memandang kedatangan Islam membawa malapetaka pada tatanan masyarakat Arab, khusus kaum Quraisy di Mekah.

Oleh Umar menganggap gegara Islamlah keyakinan dan tradisi nenek moyangnya dirusak. Keakraban dan keharmonisan keluarga tercabik-cabik. Terpisahkannya anak dengan bapak atau ibu, serta sanak saudara yang satu dengan yang lainnya

Bagi kaum Quraisy, termasuk Umar, hanya satu jalan menghentikan dampak ‘kerusakan’ tatanam masyarakat dari kedatangan agama baru ini, yaitu memotong sumber ajarannya. Harus membunuh pembawa ajaran lslam itu, yaitu Muhammad.

Saat puncak amarahnya tak terbendung lagi, dan dengan penuh angkuh dan sombong, Umar berjalan berlagak sebagai jagoan Arab mencari Muhammad, hendak membunuhnya.

Dengan pedang terhunus, ia menuju rumah Arqam bin Abi al-Arqam. Niatnya itu terhenti sejenak, ketika ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah an-Nahham Al-‘Adawiy.

Orang itu bertanya, “Hendak kemana engkau, wahai Umar?” Dia menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad.” Jawab Umar dengan keangkuhannya

Orang itu bertanya lagi, “Kalau Muhammad engkau bunuh, bagaimana engkau akan merasa aman dari kejaran Bani Hasyim dan Bani Zahrah?”

Orang itu berkata kepadanya, “Wahai Umar! Maukah saya tunjukkan sesuatu yang sangat penting pada kehormatan dirimu dn keluargamu ?”. Sesungguhnya saudara perempuan dan iparmu juga telah menjadi penganut ash-Shabiah (Islam) dan meninggalkan agama mereka berdua yang sekarang ini!”

Mendengar hal tersebut, Umar segera mencari keduanya. Fatimah (adiknya) dan Khabbab (suami Fatimah). Dan terjadilah penganiayaan dari Umar terhadap keduanya saat memasuki rumah saudarinya

Ketegaran Fatimah dan suaminya, serta keberaniannya menyampaikan ajaran Islam kepada Umar adalah buah dari keyakinannya pada kebenaran Islam

Iparnya berkata, “Wahai Umar! Bagaimana pendapatmu jika kebenaran itu berada pada selain agamamu?”

Saudaranya berkata, “Wahai Umar! Jika kebenaran ada pada selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasulullah.”

Mendengar itu, Umar langsung melompat ke arah iparnya, lalu menginjak-injaknya dengan keras. Saudari perempuan juga ditampar oleh Umar, sehingga darah mengalir dari wajahnya.

Ketika Umar melihat kondisi saudaranya yang berdarah, dia menyesal dan malu. Lalu ia berkata, “Berikan kitab yang ada di tangan kalian ini kepadaku dan bacakan untukku!”

Saudaranya berkata, “Sesungguhnya engkau itu najis, dan tidak ada yang boleh menyentuhnya melainkan orang-orang yang suci. Oleh karena itu, berdiri dan mandilah!”

Kemudian dia mandi, lalu mengambil kitab tersebut dan membaca surah Thaha ayat 14. Setelah membacanya, ia berkata, “Alangkah indah dan mulianya kalam ini! Kalau begitu, tolong bawa aku ke hadapan Nabi Muhammad!”

Kala Khabbab mendengar ucapan Umar, dia keluar dari persembunyiannya sembari berkata:

“Wahai Umar, bergembiralah karena sesungguhnya aku berharap engkaulah yang dimaksud dalam doa Rasulullah pada malam Kamis, Ya Allah! kokohkanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling Engkau cintai, Umar al-Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam.

Umar bin Khattab berangkat, lalu sampai di rumah Arqam bin Abi al-Arqam, tempat Rasulullah SAW berada. Ia mengetuk pintu, seorang penjaga pintu mengintip dari celah-celah pintu tersebut dan melihat Umar menghunus pedang. Penjaga tersebut kemudian melapor kepada Rasulullah SAW.

Nabi Muhammad SAW membuka pintu dan dengan cepat beliau memegang baju dan gagang pedang Umar, lalu menariknya dengan keras. Nabi bersabda,

“Tidakkah engkau akan berhenti dari tindakanmu, wahai Umar, hingga Allah menghinakanmu dan menimpakan bencana sebagaimana yang terjadi terhadap al-Walid bin al-Mughirah?”

Ia kaget juga kagum atas gerakan cepat dan ketegasan Rasul. Lalu ia berucap, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah dan engkau adalah Rasulullah.”

Umar bin Khattab pun masukĀ Islam, dan disambut dengan lantang takbir oleh penghuni rumah, hingga terdengar oleh orang yang berada di luarnya.

Ia mengabarkan keislamannya dengan terang-terang. Ia dengan pedang terhunus memasuki Ka’bah, mengabarkan pula ke-Islamannya dan tiada yang berani menentangnya.

Pembaca yang budiman!.
Kita harus yakin bahwa peristiwa ke-lslaman seseorang, seperti Van Doorn dan juga Umar, didalamnya terdapat bukti keMaha Kuasaan Allah, agar menjadi hikmah dan ibrar.

Bahwa kesombongan dan keangkuhan yang terjadi dipermukaan bumi ini adalah ladang Dakwah.

Untuk kita semakin menguatkan semangat dakwah, mentalitas kesabaran dan tentu semakin menguatkan keyakinan akan datang hidayah Allah kepada siapa yang dikendakinya

Allah SWT Berfrman dalam firmanNya QS Fissilat;34-35-“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”

Bahwa urusan kita adalah terus berdakwah dan berdakwah. Datangnya hidayah pada seseorang adalah hak prerogatif dari Allah Ta’ala.

Termasuk kepada pembenci dan penyebar fitnah keji tentang Islam. Boleh jadi justru pada saat tertentu hidayah Allah turun kepadanya,

Allah lah yang membolak balik hati.hambaNya, dari pembenci Islam kepada penganut dan pencinta Islam. Yang menghabiskan seluruh hidupnya hanya untuk Islam dan dakwah Ilallah.(*)



BACA JUGA