Sunday, 3 December 2023 | 16:43 Wita

Melahirkan Generasi Supra-Struktur

Editor: admin
Share

Bagian kedua taujih ustadz Abdurrahman Muhammad hafidzahullah pada penutupan Silatnas Hidayatullah 2023

Silatnas, HidayatullahSulsel.com — Landasan gerakan moral tertuang di dalam surah al Mujadalah dan surah al Hujurat, para kader perlu mengilmui dan mengambil bayanah (penjelasan) serta furqon (pembeda) dari dua landasan ini.

Sebenarnya paradigma ilmu dan moral sudah lengkap tertuang di dalam surah al Alaq, termasuk unsur yang di dalam filasafat yang disebut ontologi, epistemologi dan aksiologi. Jadi sangat luar biasa sistematika wahyu ini.

Saya mengusulkam agar di semua kampus Hidayatullah ada tim tawajjuh (tim yang tugasnya fokus dan penuh konsentrasi berdzikir dan melakukan ibadah guna memberikan energi dalam bentuk doa kepada tim di lapangan agar selamat dan sukses menjalankan tugas dakwah).

Karena kalau hanya mengurus infra-struktur tanpa supra-struktur maka yang didapatkan hanya fatamorgana, bukan pertolongan Allah yang datang tetapi yang terjadi justru malapetaka dan pertikaian.

Karena itu para kader perlu untuk memberikan perhatian pada aspek ruhiyah; masjid harus diurus dengan baik, kalau ke Mekkah kita bisa melihat bagaimana masjidil Haram diurus dengan peralatan-peralatan yang modern, menunjukkan bahwa peradaban terus berkembang.

Pertanyaannya apakah peradaban ruhani juga berkembang? Iya, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “Al-imani yazidu wa yanqusu” (iman itu terkadang naik terkadang turun).

Pada waktu tertentu kita menangis mendengarkan al Quran itu berarti iman sedang naik.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِ ذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَا دَتْهُمْ اِيْمَا نًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,” (QS. Al-Anfal 8: Ayat 2)

Yang malas membaca al Quran berarti sedang terbelenggu oleh syaithan, itulah manfaatnya Attawajjuhat (wirid pagi dan sore) serta GNH (gerakan nawafil Hidayatullah) untuk menjaga dari agar tidak mengalami penurunan iman yang drastis.

Melayani tamu 100 ribu orang itu mudah kalau terbangun gerakan moral dan iman. Misalnya untuk konsumsi, ada kesadaran “wa ath’amu tho’am” semua terpanggil untuk memberi makan para tamu. Atau kita mengundang seribu catering lalu panitia mensubsidi catering tersebut sehingga para tamu dapat menikmati makanan yang layak dengan harga yang terjangkau.

Alhamdulillah kita sudah empat hari menjalani silatnas, para panitia sudah bisa tersenyum meski masih ada juga yang merenung. Tetapi bagi saya, prinsipnya “asy syakuru al ‘aliyu al kabir” sesuai asmaul husna. Memang ukuran kualitas dalam perjuangan itu sabar, tetapi rasa syukur memberikan wawasan kemuliaan, ketinggian dan kebesaran sesuai sifat Allah dalam asmaul husna.

Karena itu saya juga menitipkan kepada peserta silatnas untuk menghafalkan asmaul husna. Di masjid Ummul Qura, selain lafadz Laa ilaha illallah, Muhammadarrasulullah, kita juga akan memasang asmaul husna di dinding masjid agar menjadi arahan dalam perjalanan dan menunjukkan bahwa di sini ada ruhiyah dan ada jasadiyah, ada hakikat dan ada eksistensi.

Terkait dzikir Laa ilaha illallah, saya mendapati sebuah hadits yang menggambarkan lafadz ini sebanyak zaman, sebanyak gelombang dan air di lautan, sebanyak benih dan pohon, sebanyak derai air hujan, sebanyak tetesan mata air, dari hari ini sampai ditiupkannya sangkakala, “Laa ilaha illallah” lebih baik dari apa yang dikumpulkan manusia.

Salah satu hadits Qudsy mengatakan, Laa ilaha illallah adalah benteng-Ku, siapa yang masuk ke dalamnya maka dia akan aman. Kalau para kader mengamalkan attawajjuhat, GNH, dzikir, sholawat, asmaul husna, maka itulah identitas epicentrum gerakan spiritual.

Jika masuk ke masjid-masjid Hidayatullah akan terasa ada ruh yang hidup. Saya pernah mendatangi sebuah pesantren di Jawa, sebelum adzan santrinya sudah di masjid untuk berdzikir, berdoa dan membaca al Quran, insya Allah kita sedang berproses menuju ke sana, karena itu telah dituangkan dalam grand desain Hidayatullah. (bersambung)

Disusun oleh Jiho Manshur



BACA JUGA