Sunday, 3 December 2023 | 05:43 Wita

Membangun Episentrum Gerakan

Editor: admin
Share


(Bagian pertama taujih penutupan silatnas KH Abdurrahman Muhammad, Pemimpin Umum Hidayatullah)

HidayatullahSulsel.com — Para tokoh Hidayatullah sudah merumuskan landasan untuk menapaki perjalanan Hidayatullah ke depan. Dalam grand desain Hidayatullah telah ditetapkan epicentrum gerakan; pertama, supra-struktur dan kedua, infra-struktur.

Hadirnya supra-struktur di Hidayatullah untuk melanjutkan sistematika wahyu. Sebagaimana program Grand MBA (gerakan mengajar dan belajar al Quran) dan rumah quran serta halaqah yang inspirasinya muncul di tanah haram Mekkah. Landasannya adalah surah Hud ayat 96.

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلْطَٰنٍ مُّبِينٍ

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan tanda-tanda (kekuasaan) Kami dan mukjizat yang nyata,

Al Quran adalah mujizat terakhir yang Allah Ta’ala turunkan di muka bumi ini, dan Allah Ta’ala mengatakan:

‎اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِ نَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS. Al-Hijr 15: Ayat 9)

Rumah-rumah quran adalah epicentrum mujizat al Quran, jika rumah-rumah quran eksis maka sesuai janji Allah, kebatilan akan sirna.

Yang pertama, membangun epicentrum gerakan spiritual sebab hanya orang yang dekat dengan Allah Ta’ala yang bisa mendapatkan bantuan, ma’unah dan kekuatan dari Allah Ta’ala. Untuk mengidentifikasi orang yang dekat Allah (muqarrabun) kita dapat membuka al Quran pada surah Al Waqiah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‎وَا لسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَ

“dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga),” (Ayat 10)

‎اُولٰٓئِكَ الْمُقَرَّبُوْنَ

“mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah),” (Ayat 11)

‎فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ

“berada dalam surga kenikmatan,” (Ayat 12)

‎ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَ وَّلِيْنَ

“segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,”(Ayat 13)

‎وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰ خِرِ يْنَ

“dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian,”
(Ayat 14)

Kita ingin kampus-kampus Hidayatullah di seluruh Indonesia menjadi epicentrum atau pusat gerakan spiritual. Aktivitas orang- orang di dalamnya mengindikasikan orang-orang yang mencontoh ‘asyraful qiram’.

Ini yang harus digerakkan ketika para kader kembali ke tempat masing-masing, bagaimana menjadi “assabiqunassabiqun ulaaikal muqarrabuun”.

Yang kedua, membangun epicentrum gerakan moral. “Sabiqun bil khairat atau bersegera dalam kebaikan, berikan contoh terdepan dalam hal kebaikan, itulah akhlak. Kalau para kader kembali ke tempat masing-masing dan menggelar acara baik kecil maupun besar, wujudkanlah spirit moralitas ini sebagai perwujudan dari peradaban Islam.

Dengan menjadi pelopor kebaikan, mewujudkan peradaban Islam dari hal-hal yang sederhana, ini akan menjadi magnet atau power (kekuatan). Rasulullah shalllallahu ‘alaihi wasallam dalam kepemimpinannya memiliki power spiritual dan power morali, karena yang Allah Ta’ala telah memberi penelanan pada aspek akhlakul karimah. Seluruh pemimpin di Hidayatullah termasuk DPW, DPD dan lainnya hendaknya menjadi pelopor moral.

Misalnya, boleh saja makan di warung di pinggir jalan berulang-ulang tetapi harus memiliki target dakwah kepada pemilik warung dan harus ada jaminan sebagaimana para rasul menjamin dirinya, “inni rasulun amiin,” (sesungguhnya aku adalah rasul yang terpercaya).

Kita semua harus menanamkan di dalam diri satu sikap mental bahwa kita adalah para pembawa dakwah yang bisa dipercaya. Kita hadir di tengah ummat sebagai utusan Allah untuk membawa “ahsanu qaulan mimma da’a ilallah wa ‘amila shalihan wa qala innani minal muslimin (seabik-baik perkataan untuk mengajak kepada Allah Ta’ala dan berbuat kebaikan dan mengatakan sesungguhnya aku seorang muslim).

Di kampus-kampus Hidayatullah terbangun kejujuran pada diri sendiri, istri, anak-anak dan teman-teman di sekitarnya serta lingkungan secara umum. Jika ini bisa ditegakkan, maka Allah akan angkat apa yang menjadi hijab-hijab atau sekat antara satu dengan yang lain.

Tadi malam seusai sholat tahajud saya merenung, di mana letak poros moral di dalam al Quran, qadarullah ustadz Baharun baru saja membaca surah al Hujurat yang memuat kandungan bahwa moral pertama adalah jangan melampaui imam dan ayat-ayat selanjutnya yang merupakan tatanan moral yang harus diwujudkan, karena itu halaqah di silatnas ini kita beri nama “asyratul kiram” sebuah upaya menjadi manusia-manusia ahlul jannah yang dijanjikan masuk syurga. (bersambung).

Disusun oleh Jiho Manshur



BACA JUGA