Monday, 4 December 2023 | 14:29 Wita
Selamat Jalan Wahai Kawan-kawanku
(Bagian akhir taujih ustadz Abdurrahman Muhammad hafidzahullah pada penutupan Silatnas Hidayatullah 2023)
Silatnas, HidayatullahSulsel.com — “Selamat jalan wahai kawan-kawanku, bersyukurlah kepada Allah Subhana wa ta’ala dan bersabarlah dalam perjalanan jihad ini. Allahu Akbar!” (Bapak pemimpin umum)
Setelah epicentrum gerakan spiritual dan moral, berikutnya adalah menjadikan kampus-kampus Hidayatullah di seluruh Indonesia sebagai epicentrum gerakan keilmuan. Karena itu, di kampus pusat Ummul Qura ini mulai kita kembangkan perpustakaan dengan biaya yang tidak sedikit, sekitar Rp 800 juta dialokasikan untuk membangun perpustakaan.
Harapan kita ke depan, para santri dapat mengembangkan wawasan dan keilmuan sehingga menguasai berbagai disiplin ilmu dan dapat berdialog dalam bidang apa saja. Target ini in sya Allah bisa dicapai oleh generasi supra-struktur di lembaga ini. Sebab, jika ingin memimpin dunia maka harus bisa berdialog dalam berbagai aspek; politik, ekonomi, budaya dan lainnya.
Allah Subhana wa ta’ala yang mengangkat kita untuk mengemban amanah ini, bukan siapa-siapa, mungkin bayangan ini terlihat sederhana, ustadz Abdullah Said rahimahullah mengatakan, mungkin orang menganggap ini hanya mimpi, dalam kesempatan lain beliau mengatakan, klise ini sudah mau dicetak agar bayang-bayang itu menjadi dhohir atau menjadi kenyataan.
Ini tantangan untuk para kader, siapa yang siap untuk mencetak kader seperti ini, kader yang mampu menangkap irfan (pengetahuan), bayanah (penjelasan), burhan (petunjuk) dan furqonnya (pembeda) wahyu, inilah santri atau kader yang ditunggu-tunggu zaman.
Gerakan Infrastruktur
Selain membangun epicentrum supra-struktur kita juga perlu membangun epicentrum infra-struktur. Ada perkembangan dan kemajuan pada fasilitas berupa bangunan dan lainnya, jangan sampai ada bangunan yang sudah mau roboh tidak diperbaiki. Kader harus berpikir maju, sehingga terasa ada perkembangan, ada kesejukan dan keramahan di tempat itu.
Membentuk Tim Tawajjuh
Pernah ada wacana dalam diskusi saya dengan ustadz Mannan, ustadz Abdurrahman, ustadz Aziz Qahhar, ustadz Hamim Thohari, untuk membentuk tim tawajjuh di masjidil haram dan disepakati ustadz Mannan yang dikirim untuk duduk di sana sebagai tim tawajjuh difasilitasi ustadz Dzikrullah tetapi qadarullah, beliau lebih dulu wafat.
Wacana ini mengemuka karena kita harus selalu menyiapkan diri untuk mengaplikasikan perintah Allah Subhana wa ta’ala,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَا ذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.”
(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 😎
Ayat yang kita maknai sebagai perintah untuk melakukan kontemplasi atau bergua hiro, untuk membuka wawasan kepemimpinan global.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَا لْمَغْرِبِ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَا تَّخِذْهُ وَكِيْلً
“(Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.” (QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 9)
Sebuah wawasan kepemimpinan global yang meliputi timur dan barat di atas landasan tauhid “Laa ilaha illallah.”
Intinya, profil Hidayatullah ke depan adalah sebagai epicentrum identitas gerakan spiritual, moral dan keilmuan.
Karena itu mari kita berlomba mengaplikasikan apa yang Allah Subhana wa ta’ala perintahkan di dalam al Quran;
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَ قَا مُوا الصَّلٰوةَ وَاَ نْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَا نِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَا رَةً لَّنْ تَبُوْرَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an) dan melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi,” (QS. Fatir 35: Ayat 29)
Dengan membaca al Quran,
sholat dan berinfaq maka kita tidak akan pernah merugi. Inilah kunci kebahagiaan dan pencerahan, termasuk di antaranya mengerjakan amalan sunnah seperti sholat dhuha, karena berdasarkan pengalaman, saya sering mendapat banyak inspirasi dan harapan (munajat) ketika sholat lail, ternyata semuanya harus diverifikasi dalam sholat dhuha.
Mengambil Peran
Kalau ustadz Abdurrahman dari Surabaya kemarin mengatakan, kita jangan menjadi beban, jangan menjadi bagian dari masalah, maka saya perlu tambahkan, kita harus mengangkat beban, harus mengambil bagian.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنْفِرُوْا خِفَا فًا وَّثِقَا لًا وَّجَاهِدُوْا بِاَ مْوَا لِكُمْ وَاَ نْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ ذٰ لِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
(QS. At-Taubah 9: Ayat 41)
Ketaatan dalam mengambil peran dalam perjuangan merupakan indikator bahwa kita memiliki iman. Dengan tekad ini maka Allah Subhana wa ta’ala akan mencerahkan kita sebagaimana disebutkan di dalam surah Al Insyirah ayat 1-8.
Allah Subhana wa ta’ala akan mengangkat sebutan, derajat dan izzah (kemuliaan) siapa yang mau memikul beban perjuangan, baik skala pribadi dan keluarga maupun skala jamaah. Semakin banyak beban yang dipikul maka semakin tinggi izzah atau kemuliaan yang Allah Subhana wa ta’ala berikan, di antaranya diberikan wawasan dan sikap mental “Rahmatallil alamin kaffatalinnas” (menjadi rahmat bagi seluruh alam dan manusia secara keseluruhan).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَا مُوْا عَلَى الطَّرِ يْقَةِ لَاَ سْقَيْنٰهُمْ مَّآءً غَدَقًا
“Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup (air minum yang banyak, rezeki dan berbagai kenikmatan).” (QS. Al-Jinn 72: Ayat 16)
Masya Allah, ternyata berjihad itu adalah puncak keimanan; iman kepada Allah Subhana wa ta’ala, iman kepada Rasul-Nya dan beriman untuk berjihad di jalan Allah Subhana wa ta’ala.
Selamat Jalan, Kawan-kawan!
Alhamdulillah sudah empat hari kita menjalani silatnas, selamat jalan para kader Hidayatullah, kita datang bersilaturrahim di sini in sya Allah keberadaan kita di sini Allah Subhana wa ta’ala akan balas paling tidak sepuluh kali lipat, tetapi saya yakin Allah Subhana wa ta’ala telah memberikan lebih dari sepuluh hal kepada kita semua.
Sehingga jalan perjuangan menuju “Asyaratul kiram” dan termasuk jalan perjuangan menuju pembebasan Palestina yang saat ini sedang berjihad menghadapi kaum zionis semakin terbuka, karena tidak ada yang lebih baik hari ini kecuali berniat untuk menjadi bagian dari pembebasan Palestina. Silatnas ini diadakan untuk mempersiapkan generasi yang siap untuk “Li ‘ilaa’i kalimatullah hiyal ‘ulya.”
Itu yang dapat saya sampaikan, selamat jalan wahai kawan-kawanku, bersyukurlah kepada Allah Subhana wa ta’ala dan bersabarlah dalam perjalanan jihad ini. Allahu Akbar!
(Disusun Jiho Manshur)
Saat menuliskan paragraf terakhir tidak terasa air mata menetes karena rasa haru.
Fery Balikpapan-Surabaya, 4 November 2023
TERBARU
-
Ägyptische Gottheiten unser vollständige Liste Wörterbuch der Weltgeschichte
13/10/2024 | 18:25 Wita
-
Enjoy Harbors and you will classic casino games in the online casino Creature from the Black Lagoon Ignition
13/10/2024 | 18:23 Wita
-
Dead or Alive 2 Slot online vortragen I Freispiele I NetEnt
13/10/2024 | 18:17 Wita