Sunday, 10 March 2024 | 11:48 Wita

Jangan Turunkan Standar Target Gapai Kemuliaan Ramadhan

Editor: admin
Share

Oleh: Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Ramadhan adalah karunia terbesar bagi hamba-Nya yang beriman. Dan hanya dengan iman yang kuatlah akan timbul kesadaran serta tekad untuk menggapai keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.

Antusiasme orang beriman menyambut Ramadhan, karena bulan ini memiliki keutamaan dan keistimewaan yang lebih besar dari bulan yang lainnya. Betapa tidak, semua amal soleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih baik dan berlipat ganda.

Keistimewaan Ramadhan itu tergambar dari sabda Rasulullah SAW; “Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-­setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka,” (HR Tirmidzi).

Oleh karena itu, kita tak punya alasan untuk tidak menyergap kedatangan bulan yang begitu mulia ini. Kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan.

Anjuran ini selalu melekat pada diri seseorang yang memiliki kualitas iman yang tinggi dan kokoh. Stabilitas imannya jualah yang membuat dia mengupayakan agar Ramadhan tahun ini dapat lebih baik dari sebelumnya.

Agar tetap terjaga iman di dada dan terjaganya antusiasme beramal shaleh di bulan Ramadhan, bahkan mampu lebih meningkat dari Ramadhan sebelumnya.

Beberapa hal mesti dilakukan diantaranya adalah dengan beristighfar sepenuhnya berupa taubatan nasuha. Yakni kesungguhan bertaubat atas segala dosa telah diperbuat sebelumnya. brbrSebagaimana dalam Al-qur’an dikatakan, taubat yang baik adalah taubat nasuha. Allah berfirman dalam Surat At-Tahrim Ayat 8, “Wahai orang-orang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan tobat nasuha.”

Taubat nasuha sebaiknya diupayakan sebelum memasuki bulan suci Ramadan, agar saat memasuki bulan mulia itu dosa telah diampunkan. Sehingga hati dan jiwa dalam kondisi bersih dan suci dari segala dosa dan noda kemaksiatan, untuk selanjutnya diisi dengan semangat beribadah dan beramal shaleh.

Pentingnya taubat tersebut, sebab bisa jadi dosa pada diri menjadi penghalang untuk mendapatkan kebaikan dan kecintaan beribadah dan berbuat kebajikan, serta ketaatan-ketaatan yang seharusnya kita lakukan. brbrDengan membersihkan dosa dari gangguan ketekunan beribadah sepanjang siang dan malam, disebabkan karena efek dari kemaksiatan yang kita lakukan. Akan menciptakan hati putih bersih dan siap ditorehi dengan berbagai catatan amal kebaikan Ramadhan.

Sebagaimana Rasulullah memotivasi dengan hadist, “Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada diantaranya, apabila tidak melakukan dosa besar,” (HR Muslim).

Kedua, kesungguhan beribadah dengan maksimalkan target secara kuantitas dan kualitas. Ini karena keistimewaan dan kemuliaan Ramadhan yang ganjarannya berlipat ganda. Memberi motivasi umat Islam untuk semakin lebih rajin lagi dalam berbuat kebaikan untuk mendapatkan ganjaran pahala amalan Ramadan.

Standar utama dan pertama adalah iman. yang kokoh. Rasulullah bersabda “Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR Bukhari dan Muslim).

Iman yang kuat menciptakan kualitas dan kuantitas ibadah, sebagaimana dalam hadits Rasulullah, “Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan, barangsiapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadan.” (HR. Bukhari-Muslim).”

Hendaknya kedatangan Ramadhan disergap dengan program besar dalam ibadah dan dzikir. Berkomitmen untuk menjaga shalat wajib berjamaah, ibadah-ibadah namafil di waktu siang dan malam hari.

Dalam ibadah malam hari umpamanya, semangat bangun malam, shalat tahajud sepertiga malam, sebaiknya lebih dimaksimalkan pelaksanaannya dari pada shalat tarawih yang umum dilakukan setelah shalat Isya.

Sedangkan ketiga, Kepedulian pada umat. Inilah hebatnya ajaran Islam, termasuk Ramadhan. Disamping kemuliaan dengan pahala tertinggi pada ibadah infiradhi (amalan pribadi), juga terdapat ajaran kewajiban pada umat dan masyarakat, berupa kewajiban zakat dan anjuran infaq dan sedekah.

Amalan zakat infaq dan sedekah (ZIS) adakah metode mujarab pengikis kesombongan dan keangkuhan individual, menjadi berkepedulian sosial, serta peka terhadap nasib umat lainnya.

Kedatangan Ramadhan adalah kesempatan emas semakin menguatkan jiwa peduli. Juga mendekatkan gep sosial antara si kaya dan si miskin. Agar sama-sama merasakan kebahagiaan nikmatnya sahur dan berbuka dengan menu yang tak jauh beda.

“Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut,” (HR Ahmad).

Umat Islam yang menggencarkan bersedekah di Ramadhan oleh Rasulullah distimulasi dengan akan menggapai posisi mulia, Rasulullah SAW pernah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu sedekah di bulan Ramadhan,” (HR Tirmidzi).(*)


Tags:

BACA JUGA