Wednesday, 5 June 2024 | 06:09 Wita

Ilusi Kosmik Versus Kesabaran Bertauhid. Tausyiah DM Hidayatullah di Kampus Parepare

Editor: admin
Share

Parepare, HidayatullahSulsel.com — Bertempat di Masjid Al Mubarak, Kampus Hidayatullah Parepare, anggota Dewan Mudzakarah (DM) Hidayatullah, Ustadz Suharsono memberikan tausyiah di hadapan jamaah sholat subuh yang didominasi wargan dan santri Pesantren Hidayatullah Parepare, Selasa (4/6/2024).

Dengan gaya khas orasi Ilmiah, ayah dari 12 anak ini mengawali thausiyah dengan mengajak seluruh jamaah untuk selalu berpikir cerdas dan kritis menghadapi problematika kehidupan yang semakin kompleks agar tidak terjebak pada ilusi-ilusi kosmik atau gambaran -gambaran negatif tentang masa depan yang mendominasi benak atau pikiran manusia.

Ilusi-ikusi itu, ungkapnya, telah banyak menyelewengkan manusia dari fitrahnya dan cenderung mengarah pada kehidupan materialistik, dalam pengertian menjadikan harta sebagai ukuran keberhasilan dan kebahagiaan.

“Rasa was-was dan kecemasan yang berlebihan terhadap jaminan kehidupan masa depan membuat begitu banyak orang yang kehilangan ketenangan dan kebahagiannya,” tegasnya.

Munculnya Ilusi ilusi berlebihan berupa ketakutan akan kekurangan harta dan fasilitas, rincinya, tentu saja akan berimbas merusak mentalitas manusia, tidak mustahil juga menjangkiti sebagian dari aktifis pejuang dakwah.

Contoh konkrit Ilusi kosmik yang melanda masyarakat adalah paham materialisme yang selalu menilai manusia dari harta yang dimiliki seperti pepatah “Kalau ingin tahu seseorang lihatlah apa yang dikendarainya”

Berbeda nilainya antara orang yang mengendari sepeda ontel atau sepeda motor dengan orang yang mengendarai BMW. Jadi ukuran penilaiannya bukan lagi akhlak dan integritas.

Lebih lanjut mantan tokoh HMI ini menjelaskan, dalam skala global geopolitik dunia yang terjadi saat ini, iIusi kosmik akan hilangnya harta dan kekayaan, menjadi titik lemah yang digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk membungkam kekuatan negara-negara Islam.

Fakta luluh lantaknya negeri Palestina dan pembantaian sadis penduduknya oleh Israel tanpa perlawanan yang berarti menjadi bukti nyata bahwa Ummat Islam sudah begitu dalam terjebak dalam penyakit cinta dunia.

Kepada para kader-kader muda Ustadz Suharsono, mengingatkan agar tidak hanya mengandalkan narasi kognitif dalam ber-Islam, tapi lebih mengasah kecerdasan dalam memaknai dan mengimplementasikan nilai-nilai tauhid dalam kehidupan serta kesadaran serta kesabaran dalam menerima segala konsekuensi.

Selain kecerdasan bertauhid, kesabaran bertauhid juga harus menjadi perhatian serius karena dua hal tersebut saling terkait dan tidak bisa dipisahkan sebagaimana Ibrah kesabaran dalam kisah nabi Musa dan nabi Khaidir.

Nabi Musa kurang bersabar karena tidak memiliki pengetahuan sebagai mana yang dimiliki oleh nabi Khaidir.

“Kesimpulannya adalah dibutuhkan kualitas kesabaran bertauhid yang baik agar ilusi-ilusi kosmik tidak mendominasi orientasi dan alur berpikir manusia,” jelasnya.(Dwi Subagyo)



BACA JUGA