Thursday, 7 December 2023 | 16:22 Wita

Legacy Sang Mujahid

Editor: admin
Share


Oleh : Ust Drs Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Ada peribahasa sangat populer, ‘Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama’. Setiap mahluk hidup termasuk manusia, memiliki jatah waktu dan tidak hidup abadi, tertinggal hanya kebesaran nama yang dikenang

Ketika seseorang tiba ajal berarti tugas besar dalam hidupnya juga berakhir. Dia pun akan dikenang dalam dua hal dari amalan hidup, karena jasa-jasanya, karena warisan kebaikannya. Atau sebaliknya, seseorang dikenang sebagai orang yang buruk karena kesalahan-kesalahannya.

Disadari, fitrah manusia pada hakekatnya berkeinginan meninggalkan dan dikenang sebagai manusia baik. Meninggalkan legacy atau peninggalan warisan kebaikan dan kebermanfaatan bagi generasi penerus.

Terlebih bagi mujahid, yakni orang yang bersungguh-sungguh dalam mengembang amanahnya dan mewujudkan cita-citanya. Seperti mujahid dakwah, yang menghibahkan waktu dan pikirannya demi kemaslahatan dan kebaikan umat dalam berbagai metode dan karya yang dilakoninya.

Mujahid dakwah itu akan dikenang sebagai mujahid sejati manakala memiliki legacy yang menjadi nilai utama perjuangan dakwahnya. Yang dapat menjadi pembeda dengan yang lainnya berdasarkan prestasi dan peran keummatannya.

Dia adalah mujahid sejati, sepanjang hayat sang mujahid dakwah dihabiskannya hanya untuk menyadarkan umat agar berilmu dan ber-Islam dengan baik dan benar berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

Legecy nilai-nilai kebaikan seorang da’i adalah contoh perannya sebagai penolong agama Allah (Ansharullah). Mujahadahnya terasa berkesan dan bermanfaat dalam merubah karakteristik umat menjadi lebih taat dan baik.

Sehingga legecynya akan terus dikenang sekalipun sang mujahid dakwah sudah tidak lagi hadir di tengah-tengah umat berdakwah. Dan nilai-nilai kebaikan dan prinsip kehidupannya akan tertransformasikan dalam tatanan hidup yang baik dan kebermanfaatan.

Legacy Kebaikan dan kebermanfaatan

Disebut orang besar ketika selalu meninggalkan legacy. Legacy yang ditinggalkannya penuh kebaikan dan kebermanfaatan, mulai dari nilai-nilai filosofis sampai kepada bagaimana mewujudkan nilai-nilai yang diyakininya tercipta secara konkrit dalam tatanan masyarakat berbangsa dan bernegara.

Contoh legecy historis adalah Ibadah haji yang dilakukan umat Islam setiap tahun adalah warisan ibadah yang diserukan oleh Nabi Ibrahim AS. Firman Allah:
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-Hajj: 27)

Tidak hanya mujahid dakwah, setiap muslim pun punya kesempatan dan mengharuskan dirinya memawariskan lagacy yang diwaqafkan atau disumbangkan untuk dakwah dan kebaikan umat. Dan dapat diteruskan oleh generasi berikutnya.

Legecy tidak harus fenomenal dan bersifat monumental. Bisa dalam bentuk lain berupa apa saja sifatnya untuk kebaikan di jalan Allah. Seperti kegemaran berdonasi infaq dan shadaqah untuk pembangunan dan kegiatan kemasyarakatan, dan keummatan.

Juga gerakan literasi, membuat buku atau tulisan yang dibaca oleh banyak kalangan hingga generasi setelahnya. Dan kebaikan-kebaikan lainnya yang memiliki manfaat serta untuk dapat diteladani hingga dalam waktu panjang.

Legacy baik terletak pada kemanfaatan yang luas dan dalam kurun waktu yang lama. Semakin luas jangkauan, cakupan dan konstribusi pada pihak-pihak yang mendapat manfaatnya, dan terus meningkat dan berkembang luas maka legacy itu semakin bernilai tinggi dan mulia

Betapa pentingnya setiap orang meninggalkan legecy. Sampai Rasulullah SAW bersabda, ‘sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanam sebelum terjadi hari kiamat maka hendaklah dia menanamnya’ (HR. Imam Ahmad).

Tentu saja sebuah legacy tidak muncul spontan begitu saja, harus melalui proses gagasan, direncanakan dan diwujudkan secara konkrit dalam pengorganisasian yang baik, secara infirody (individu), ataupun jama’ih (organisasi)

Dalam konteks keorganisasian, legacy yang dihasilkan adalah pemikiran kepemimpinan visioner. Merumuskan dan merencanakan konsep pengkaderan yang mampu melahirkan generasi pelanjut estafeta perjuangan dakwah.

Namun, legacy terpenting adalah sejauh mana mujahid dakwah sukses mencetak sumber daya insani, berupa kader biologis yang terlahir dari rahim orang tua, atau kader ideologis terlahir dari gerakan tarbiyah (pendidikan) dan dakwah.

Sehingga lahir legacy emas, generasi terbaik yang siap secara mental, intelektual. spirituali dan skill diperlukan untuk berkemampuan tinggi dalam berkompetitif disemua kondisi dan tantangan jaman kini dan esok.(*)



BACA JUGA