Saturday, 4 February 2023 | 12:05 Wita

Pewaris Allah tapi Dzolim

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh: Ust Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Menjadi hamba yang mendapat warisan dari Allah adalah keterpilihan dan ketermuliaan, namun tidaklah otomatis menjadi hamba terbaik. Dia bisa tergolong orang rugi bahkan dzolim.

Mengapa setelah keterpilihannya tidak mengantar menjadi terbaik diantara hamba lainnya. Justru kedzoliman yang ada padanya. Allah menjelaskan hamba terpilih tapi zholim sebagaimana Firman-Nya di QS.Fayhir::32

ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.

Keterpilihan sebagai hamba yang mendapat warisan dari Allah adalah kemuliaan yang diberikan hanya kepada umat Nabi Muhammad. Dan itu adalah karunia yang amat besar dari Allah sebagai ketetapan yang tidak seorang pun dapat menghalanginya.

Namun keterpilihan dan kemuliaan itu adalah sebuah jalan yang akan dipilih oleh orang orang beriman untuk mengambil kemuliaan itu ataupun sebaliknya memilih jalan lain. Sehingga keterpilihan tidak akan memuliakannya dan bahkan beakibat merugikannys

Menyia-nyiakannya kemuliaan sebagai hamba terpilih itulah orang zhalim, Bukan hanya zholim pada orang lain tapi zholim pada diri sendiri

Tentang kalimat فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ (lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri) tersebut, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa “Dia adalah orang yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan’

Selanjutnya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, dalam Tafasir Al-Wajiz, mengatakan tentang zholimu Linafsi adalah. “Di antara mereka ada yang zhalim terhadap diri sendiri dengan berbuat maksiat dan menghamburkan (diri) di dalamnya sehingga keburukannya mengungguli kebaikannya”

Dengan demikian yang dimaksud orang yang menzalimi diri sendiri adalah hamba Allah terpilih mendapat Alquran namun dia termasuk orang yang lalai dalam menjalankan kewajibannya, meninggalkan hal-hal yang disunnahkan, dan kadang melakukan perbuatan haram.

Pada hakekatnya Allah mencintai hambanya dengan memilihnya mewariskan Alquran hanya kepadanya. Dan seyogyanya hamba itu mensyukurinya dengan beriman yang benar, menjalankan secara baik kewajibannya dan menjauhi dengan penuh mujahadah terhadap segala yang dilarangNya.

Karena mereka adalah kelompok hamba yang lebih banyak berbuat salah dari pada berbuat baik. Maka Zholimu Linafsi adalah kelompok hamba paling pertama dan paling rendah sebagai akibat dari kurangnya memperhatikan ajaran dalam Alquran.

Selain kelompok tersebut, dalam penjelasan QS 35;32 selanjutnya masih ada sikap lain dari hambaNya itu yakni وَمِنْهُمْ مُقْتَصِ (dan di antara mereka ada yang pertengahan).

Kelompok kedua, yaitu mereka-mereka yang bersikap pertengahan, disamping melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan. Namun, terkadang mereka meninggalkan perkara-perkara yang disunahkan dan melakukan perkara-perkara yang dimakruhkan.

Terhadap kelompok ini menurut Ibnu Katsir “Dia adalah orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, tetapi adakalanya dia meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunatkan dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan”

Hamba Terpilih dan Terbaik

Termuliakan karena terpilih dan terbaik adalah puncak terbaik bagi seorang hamba, mereka melebihi karakter kelompok pertama dan kedua. Karakteristik pada kelompok ketiga ini diraihnya seperti dijelaskan pada kalimat وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ (dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah)

Ibnu Katsir mengatakan “Dia adalah orang yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang disunatkan, juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang dimakruhkan, dan sebagian hal yang diperbolehkan”

Inikah hamba Allah terpilih karena mendapatkan Alquran Dia senantiasa mengerjakan amalan faedhu dan sunah, dan juga dia meninggalkan segala perbuatan yang haram dan makruh.

Mereka merah kemulianannya sebagai pemenang, yang oleh Abdurrahnan Assa’di dijelaskannya karena “segera melakukannya dan bersungguh-sungguh hingga mengalahkab orang lain. “

Adapun terhadap ketiga golongan tersebut, oleh Ibnu Abbas dikatakan bahwa orang yang lebih cepat berbuat kebaikan akan masuk surga, tanpa hisab, dan orang yang pertengahan masuk surga berkat rahmat Allah, sedangkan orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri serta orang-orang yang berada di perbatasan antara surga dan neraka dimasukkan ke dalam surga berkat syafaat Nabi Muhammad SAW.

Karunia iman dan takwa adalah karunia besar dari Allah yang tidak boleh terlalaikan sehingga kita berpaling ke selainnya. Allah pun mengingatkan untuk tetap istiqomah dan tidak terperdaya hatinya, “Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari ingat kepada Allah serta menuruti hawa nafsunya. Mengikuti hawa nafsu akan menghalangi seseorang untuk berbuat adil bahkan menjadi awal kerusakan,” (Qs Al Kahf ayat 28)

Waallahu A’lam bishshawaf. (*)



BACA JUGA