Sunday, 5 February 2023 | 07:00 Wita

Jadilah Manusia Terkuat

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh: Ust Nasri Bukhari MPd, Ketua DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Ketika menyebut  manusia atau orang terkuat di bumi, pikiran kita mungkin tertuju pada atlet yang juara dalam pertarungan seperti Mike Tyson, petarung UFC seperti Khabib Nurmagomedov. Atau sosok penguasa negara adikuasa, presiden terlama dan pengusaha tersukses, mungkin pula dia sosok panglima perang, atau para bodyguard.

Sebenarnya dalam pandangan Islam kedudukan kekuatan fisik adalah hal sangat urgen, khususnya dalam setiap peperangan dan ketangguhan diri ke medan dakwah.

Padahal hakekatnya orang kuat bukan hanya yang tampak dari sisi lahiriah saja. Terdapat sisi lain yang lebih penting dari lahiririah sebagai hakekat kekuatan seseorang yang sesungguhnya.

Berikut beberapa unsur kekuatan uang menjadikan sebagai manusia terkuat di bumi:

Pertama, mampu mengendalikan amarah

Sebagaimana sabda Nabi Saw.,
عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الصُّرَعَةَ فِيكُمْ قَالُوا الَّذِي لَا يَصْرَعُهُ الرِّجَالُ قَالَ لَا وَلَكِنَّهُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. رواه ابو داود

“Dari Abdullah bin Mas’ud, berkata, ‘Rasulullah Saw bersabda, menurut kalian, siapa yang kalian anggap paling kuat?’ Para sahabat menjawab, ‘orang yang tidak terkalahkan dalam adu gulat.’ Beliau bersabda, ‘bukan itu, orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya saat marah.’”

Hadis tersebut tidak menafihkan seseorang untuk tidak boleh marah. Karena pada saat tertentu menuntut kita untuk harus marah, seperti ketika harga diri aqidah tercabik-cabik.

Dalam hal ini adalah bagaimana pentingnya kita menahan atau mengontrol emosi di saat marah. Karena saat marah yang tak terkendali akan tak terkontrol akal sehatnya.

Emosi tak terkendali menjerumuskan kita berbuat sesuatu yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajari kita tentang kiat mengendalikan amarah, dalam sabdanya, “Jika salah seorang di antara kalian marah dan dia berdiri, maka duduklah, karena kemarahan akan hilang. Jika belum juga hilang maka berbaringlah.”

Kedua, kuat karena lemah lembut.

Kelemahlembutan bukanlah termasuk manusia yang lemah. Allah sendiri sebagai Dzat yang Maka Kuasa juga memiliki sifat Maha Lembut (Al-Latif).

Rahasia orang kuat sebagaimana yang Allah perintahkan adalah dengan bersifat lembut dalan firmanNya
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”

Kelemahlembutan membuat orang beriman menjadikan bisa tidak berlaku kasar dan juga menjadi pemaaf, lebih dari itu memohon ampunkan orang lain kepada Allah

Rasulullah bersabda: Hai Abu Umamah, sesungguhnya termasuk orang-orang mukmin ialah orang yang dapat melunakkan hatinya”.

Nampak bahwa kekuatan manusia terletak pada kemampuan melunakkan hatinya dari sifat pemarah lagi kasar. Pada ayat tersebut tergambar betapa Allahlah menjadikan manusia lemah lembut karena karena kasih sayangNya berupa RahmatNya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku agar bersikap lemah lembut terhadap manusia sebagaimana Dia memerintahkan kepadaku untuk mengerjakan hal-hal yang fardu.

Ketiga, takut pada Allah membuat orang kuat

Takut adalah fitrah kemanusiaan yang melekat pada dirinys sebagai makhluk Allah. Namun Allah menetapkan takut semata-mata kepada-Nya. Dan itu adalah kunci dari semua keberanian, yang akan ditakuti manusia dan segala sesuatunya.

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, “Barang siapa yang takut kepada Allah, maka ia pun akan ditakuti oleh segala sesuatu. Dan barang siapa yang takut kepada selain Allah, maka ia pun akan takut kepada segala sesuatu.”

Bentuk ketakutan manusia yang hakiki adalah takutnya hanya pada Allah dengan cirinya adalah mengendalikan nafsu yang mendapatkan tempat terbaik.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى () فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى 

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya),” [QS. An Naazi’aat : 40-41].

Menahan amarah adalah suatu perbuatan terpuji yang menunjukkan pribadi kuat seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam tergambarlah siapa sesungguhnya manusia atau orang terkuat di muka bumi, dialah yang mampu mengendalikan dirinya, amarahnya, nafsunya dan ketakutannya hanya pada Allah Subhanahu wata’ala.

Wallahu A’lam bishshawaf.(*)



BACA JUGA