Friday, 30 June 2023 | 07:41 Wita

Gerakan Perjuangan dan Puncak Pengorbanan

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Fatahillah Abu Sita, Pengurus DPD Hidayatullah Maros

HidayatullahSulsel.com — Memahami sejarah 50% menuju kesuksesan, menghirup udara hikmah dari sejarah adalah modal utama dalam merancang masa depan yang gemilang. Belajar sejarah bahan bakar bagi seorang dalam menenun generasi berkelas Ismail.

Momentum Idul Adha memiliki rekam jejak sejarah, tercatat indah bagaimana proses pembelajaran kisah Nabi Ibrahim, dalam meniti kehidupan menuju gerbang kemenangan haqiqi dalam pentas pertarungan antara yang Haq dan yang batil

Keistimewaan sejarah, dan hikmah yang terkandung menjadi pedoman bagi pelanjut perjuangan bahwa ada hal penting menjadi prioritas dalam mengarungi laut perjuangan, untuk tiba di dermaga kemenangan ada syarat yang harus diperhatikan

Kisah Ibarahim jelas menggambarkan perjalanan Intelektual menjadi sandaran dalam mengokohkan akar keimanan, surat Al an’am ayat 76-78 sejatinya proses menuju Tuhan, bagaimana dijelaskan disitu Nabi Ibrahim membaca Alam ini, dalam kajian kita ayat terhubung dengan Al Alaq 1-5

Bila pondasi Al alaq 1-5 menjadi nafas kehidupan, sehari-hari menambah wawasan pengetahuan, menjadi manusia baca, akan melahirkan satu arus perubahan iklim jiwa yang melahirkan gagasan, ide dan maha karya

Dengan itu akan ada pentas pertarungan antar Haq dan batil, tujuannya untuk menguji sejauh mana energi cahaya Tauhid tersebut, mampukah ia menetralisir berhala godaan setan dalam bentuk konro, Coto, dan daging qurban secukupnya, sehingga tidak terlalaikan dalam ber GNHalaqohMabit

Ketika Tauhid dideklarasikan, akan ada konsekuensi yang dihadapi, penjegalan dari jenderal setan akan terus terjadi ia akan berhadapan dengan ideologi non tauhid, puncaknya bersikap dan bersiap diusir dari keluarga, dan harus dibakar oleh penguasa zalim bernama namrud, maka petarung sejati tidak pernah gentar dan mundur dalam sebuah kebenaran meski kejahatan selalu menerkam dari internal dan eksternal

Akar tauhid yang baik seiring hadirnya buah yang baik. Siapapun bertauhid senantiasa berusaha melahirkan generasi pelanjut, berusaha menjaga , membimbing dan merawat, porsi waktu lebih banyak menguatkan jiwa raga kader, ini kepastian aksiomatik, maka tidak heran kita meneguk sejarah Nabi Ibrahim, beliau benar-benar galau dengan kehadiran generasi

Alhamdulillah Ketika diberikan kader maka ia benar-benar memperhatikan meskipun ditengah kesibukan sebagai seorang Nabi, buah dari perhatian menghasilkan produk unggulan yang selalu setia melaksanakan apa yg diperintahkan, terekam dalam kamera Qur’an di surat as-saffat ayat 102

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Wujud dari keseriusan terhadap generasi Ibrahim mencari lokasi tanah wakaf dari Allah, disanalah dibangun program pendidikan efektif efesien dan nol biaya, apa itu ? Program Sholat, dengan sholat yang baik dan benar meskipun lokasinya kering kerontang, Allah akan memberikan hasil yang maksimal dari usaha yang dilakukan, Al ajru Ala Qodri masaqqoh ini aksimatiknya

diabadikan dalam Alquran Surah Ibrahim ayat 37.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Para pengurus generasi harus memiliki jiwa sa’i dan tawwaf, kesungguhan, konsisten,dan tangguh menghadapi tantangan dan selalu siap tanpa tapi, tanpa nanti dan tanpa letih didalam mengawal generasi, ini menjadi kebutuhan pokok dalam merawat generasi,

Tidak pernah alpa untuk wukuf, dalam kajian kekinian bisa dimaknai halaqoh dan mabit, untuk melakukan perencanaan, evaluasi yang tersambung arus kekuatan doa ke langit, sehingga buah dari persenyawaan strategi langit dan bumi melahirkan sikap dan sifat berani berkorban untuk sebuah kebaikan.(*)



BACA JUGA