Monday, 14 August 2023 | 06:48 Wita

Menakar Cinta di Ujung Senja, Refleksi Jiwa Pejuang Perintis Dakwah Hidayatullah di Sulsel (2)

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Dwi di Amanillah, Ketua Departemen Tarbiyah dan Kepesantrenan DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Sebagai dai dan tokoh masyarakat yang menjadi panutan di lingkup internal Pesantren Hidayatullah maupun masyarakat secara umum. Semakin bertambah usia maka beban kehidupan dan godaan juga semakin berat .Di sinilah ujian kecintaan dipertaruhkan.

Kalau di lingkungan aparatur pemerintah dikenal istilah pensiun atau purna karya, masa yang lebih banyak diisi dengan istirahat dan healing bersama keluarga, anak dan cucu, maka sangat berbeda dengan aktivitas dan kesibukan para pejuang dakwah di masa tua mereka.

Kecintaan mereka kepada dakwah dan perjuangan sebagai manifestasi kecintaan kepada Allah sudah tidak diragukan lagi. Saat manusia kebanyakan lelap tertidur pulas dibuai mimpi-mimpi indah para pejuang dakwah sudah bangkit berdiri rukuk dan sujud khusyuk bermunajat secara infiradi maupun berjamaah melaksanakan qiyamul lail.

Di saat manusia terpaku dan tersihir menghabiskan waktu menatap layar gadget mereka dengan bantuan kacamata baca menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan Al Qur’an.

Di saat kebanyakan manusia bergegas bangkit usai melaksanakan sholat fardhu dan sholat sunnah rawatib mereka tetap duduk melantunkan dzikir dan wirid penuh penghayatan.

Usia senja juga tidak menjadi alasan untuk berkiprah secara totalitas di medan dakwah yang membutuhkan stamina dan kekuatan ekstra, mereka tetap terjun tandang ke gelanggang walaupun kadang nafas tersengal.

Adalah Ustadz Yusuf Gatti seorang dai tangguh fenomenal dari dataran tinggi Enrekang yang telah berkiprah membangun 4 kampus pesantren di Kabupaten Luwu Timur dan Luwu Utara Sulawesi Selatan, mulai dari Kampus Hidayatullah Bungadidi Lambara Harapan, Wotu dan Angkona.

Beliau selama puluhan tahun telah menunjukkan dedikasinya sebagai pejuang dakwah yang tetap bekerja sepenuh hati merintis dan membangun kampus dengan modal keyakinan tanpa pernah mengeluhkan minimnya biaya operasional.

Kerja keras tanpa pamrih dan ibadah yang kuat menjadi kunci keberhasilan beliau dalam menyemai dan menumbuhkembangkan dakwah di Luwu Timur.

Demikian pula Ustadz Ismail Mukhtar setelah belasan tahun mengembangan Pesantren Putri di Kabupaten Bone. Di usianya yang sudah lebih 60 tahun dipercayakan kembali umtuk merintis dan mengembangkan Pesantren Madinatul izzah Mubarak di atas lahan seluas 16 Hektar di Lamatanner dan 0.5 Hektar di Parengki Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan sekaligus menjalankan amanah sebagai murobbi wilayah.

Menjalankan begitu banyak amanah di saat usia senja tentulah tidak mudah apalagi lahan pesantren yang saat ini selain sangat luas juga penuh bebatuan dan masih banyak ular phytonnya.

Lebih dari 3 tahun beliau dengan para santri dan 4 keluarga lainnya tidak menikmati fasilitas listrik dan sulit berkomunikasi karena sulit mendapatkan akses signal seluler, namun semua kondisi tersebut dijalaninya dengan enjoy seakan tanpa beban dan ketabahan seperti ini sulit didapatkan kecuali oleh orang yang kadar cinta yang tinggi kepada Rabbnya.(bersambung/*)



BACA JUGA