Friday, 22 September 2023 | 10:00 Wita

Intens Berinteraksi dengan Al Quran Solusi Atasi Degradasi Spiritual

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Dwi Fii Amanillah, Kadep Pendidikan dan Kepesantrenan DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Ada keprihatinan dan kegalauan yang menyeruak ke dalam hati, menyaksikan fenomena melemahnya ghiroh beribadah yang melanda sebagian besar generasi muda muslim saat ini.

Indikatornya sangat jelas terpampang di depan mata, seperti sulitnya para generasi muda milenial untuk hadir di saff terdepan ketika sholat subuh, atau pun hadir di majelis- majelis pengajian dan sangar sulit untuk bangun bergegas ke masjid saat adzan berkumandang.

Fenomena lainnya adalah banyak di antara terjebak pada keasyikan bermain game-game yang mengajarkan kekerasan, asyik nonton film melankonis dan video-video tak senonoh yang penuh adegan kemaksiatan serta tontonan lainnya yang kurang berfaedah.

Degradasi spiritual atau penurunan kualitas ruhiyah menjadi asbab terbesar degradasi dan kebobrokan moral yang melanda ummat manusia. Semakin jauh manusia dari tuhannya maka lebih mudah bagi setan untuk mempermainkan dan menjerumuskannya dalam lobang dan kubangan kemaksiatan.

Jika di zaman dahulu godaan yang sering membuat manusia jauh dari tuhannya adalah keasyikan memburu harta dan ketertarikan kepada wanita maka di era milineal seperti saat sekarang ini, godaanya sudah semakin komplit dan kreatif sesuai kencenderungan hawa nafsu sehingga tanpa disadari menghabiskan waktu dan umur.

Seakan tidak ada waktu yang terlewat begitu saja tanpa berselancar di dunia maya mencari kenalan dan hiburan.

Pada kegiatan Kuliah Subuh di hadapan calon mahasantri dan alumni Sekolah Daiyah Hidayatullah Bone Ustadz Dr Abdul Aziz Qahar Mudzakar, MSi menggambarkan kondisi manusia yang jauh dari Al Qur’an dengan mengutip ayat 179 Surah Al Araf,

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.”.

Mereka itulah orang-orang yang lalai.yang sangat minim berinteraksi dan bersentuhan dengan Qur’an. Hatinya akan kosong dari pemahaman Al Quran dihinggapi oleh berbagai macam penyakit jiwa.

Al Qur’an adalah makanan bagi ruh manusia, sehingga ruhani tidak mungkin hidup tanpa berinteraksi dengan Al Qur’an. Manusia jika tidak eksis Qur’an dalam dirinya maka prilakunya bisa lebih bejat daripada hewan.

Sebinal-binalnya binatang tidak ada binatang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenisnya sebagaimana yang dilakukan kaum LGBT.

Ustadz Aziz juga secara runut menguraikan 5 tahapan cara berinteraksi dengan Al Quran, Dimulai dari meyakini kebenaran Al Quran, mengilmuinya, mengamalkan, mendakwahkan dan memperjuangkannya.

Contoh meyakini Al Qur’an adalah meyakini kewajiban berjihad di medan perang bagi laki-laki muslim yang taruhannya adalah nyawa dan syariat yang membolehkan poligami.

Maka jika ada wanita yang menolak poligami dengan mengatakan kepada suaminya “Jika engkau menikah lagi maka ceraikanlah aku atau langkahi dulu mayat ku, itu adalah sikap dan ucapan wanita-wanita kafir yang tentu saja bertentangan dengan isi kandungan Al Quran” ungkap ustadz Aziz dengan nada tegas.

Mengisi waktu dengan tadarrus Al Quran mentadabur dan mempelajari isi kandungannya akan memberikan ketentraman hati dan membangkitkan spirit serta menguatkan jiwa untuk mengamalkan, mendakwahkan dan memperjuangkannya, agar nilai-nilai Al Quran bisa teraplikasi dalam kehidupan ummat manusia.

Kedekatan manusia kepada Al Quran tidak cukup hanya dengan membaca dan menghafalkan saja tapi harus disertai upaya yang sungguh-sungguh untuk memahami makna ayat-ayat Al Quran.

Menjadi penghafal Quran bukan jaminan untuk langsung mendapat tiket masuk ke dalam surga. Beberapa penghafal Qur’an yang hidup di zaman sahabat Nabi Muhamad SAW, justru ada yang murtad bahkan berbalik memusuhi Islam. Godaan kenikmatan duniawi berupa tahta, harta dan wanita menjadi penyebab runtuhnya kecintaan dan keyakinan terhadap Al Quran.

Berinteraksi dengan Al Quran secara intens dan mempraktekkan seluruh tahapannya secara sungguh-sungguh akan menjadi benteng bagi jiwa manusia agar selamat dari gempuran fitnah dunia yang semakin canggih dan banyak ragamnya.

Dan yang lebih penting adalah Al Quran menjadi menjadi syafaat di akhirat kelak bagi mereka yang senantiasa berinteraksi dengan Al Quran dengan penuh kecintaan.(*)



BACA JUGA