Friday, 25 August 2023 | 09:17 Wita

Menakar Cinta di Ujung Senja,
Refleksi Jiwa Pejuang Perintis Dakwah di Sulsel (3)

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Oleh : Dwi Fii Amanillah, Kadep Pendidikan dan Kepesantrenan DPW Hidayatullah Sulsel

HidayatullahSulsel.com — Kehadiran sosok para perintis pejuang dakwah atau lebih dikenal dengan sebutan “Ustadz Senior” di kampus-kampus pesantren Hidayatullah memberikan kesejukan tersendiri bagi segenap warga kampus dan jamaah binaan yang tersebar di beberapa masjid dan majelis taklim.

Wawasan keilmuan dan tarbiyah yang mereka berikan dalam majelis-majelis ilmu selalu menambah spirit dan energi baru yang memompa semangat untuk istiqamah di jalan perjuangan.

Keberadaan mereka sebagai pembina sekaligus murobbi khususnya di kampus-kampus peradaban memiliki peran yang sangat strategis sebagai motivator dan pelopor dalam kerja-kerja jama’i mengusung dan menyukseskan program keummatan, baik dalam ranah amal usaha tarbiyah di kampus-kampus pesantren maupun kegiatan dakwah dan pembinaan ummat di luar pesantren.

Salah satu contoh hal kongkrit dari upaya dan mujahadah mereka adalah proses pengembangan kampus Al Bayan Pesantren Hidayatullah Makassar dan Kampus Ummul Qura Hidayatullah Tompobulu Maros.

Dengan sumbangsih pemikiran dan tenaga yang seakan tidak pernah mengenal lelah dari para pembinanya, kedua kampus tersebut mengalami kemajuan yang sangat pesat, bermetamorfosa dari lembaga dakwah dan sosial menjadi lembaga dakwah, tarbiyah dan ekonomi yang unggul dan kompetitif tanpa menghilangkan sisi layanan sosialnya.

Semua kesuksesan tersebut tidak terlepas dari dedikasi dan support langsung dari Ust Dr H Abdul Azis Qahar Muzakkar MSi, Ust Drs H Ahkam Sumadiana MA dan Ustadz Ir H Abdul Majid MA selaku Badan Pembina Yayasan Al Bayan.

Dengan kesibukan dakwah yang luar biasa padatnya, mereka tetap memberikan perhatian serius terhadap kualitas spiritual para kader dan jamaah khususnya di kalangan generasi muda.

Mereka sangat menyadari bahwa tantangan dan godaan yang dihadapi kader-kader muda di era milenial sangat berat dan semakin canggih apalagi di tengah hegemoni peradaban materialis.

Pada suatu majelis pengajian Ust Ahkam Sumadiana berkata “Sebagai pejuang kita mungkin sanggup untuk senantiasa istiqomah di jalan dakwah dalam kondisi miskin dan penuh keterbatasan, namun ketika kita sudah mulai mapan dan berkecukupan, tidak sedikit yang kemudian putar haluan atau bahkan tumbang diterjang arus perdaban materialis, yang selalu mengukur kesuksesan dengan banyaknya harta yang dimillki”.

Hal ini senada juga selalu diwanti-wanti oleh Ust Abdul Azis Qahar, “Jika kemajuan yang kita raih tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas ruhiyah dan tidak lagi berada dalam koridor manhaj Nubuwah, maka bangunan-bangunan yang megah dan mewah sejatinya adalah barang-barang rongsokan”.

Perhatian dan keseriusan Ust Abdul Azis Qahhar terhadap kemajuan ummat Islam bukan hanya dicurahkan melalui jalur politik saja. Sejak masih berusia muda hingga menapak usia senja beliau tetap konsisten mengawal tumbuh dan berkembangnya kampus pesantren Hidayatullah Makassar dan Pesantren Hidayatullah Tompobulu dengan memgerahkan seluruh potensi yang dimiliki.

Beliau pun terlibat langsung secara fisik melebur tanpa segan dan riskan berjibaku dengan warga pesantren tersebut dalam momen-momen kerja bakti pembenahan kampus yang dilaksanakan hampir setiap pekan.

Penjagaan dan pengawalan kualitas ruhiyah kader melalui penguatan kultur ibadah dan kultur keilmuan menjadi kesibukan rutin harian Ust Abdul Majid selaku Ketua Dewan Murobbi Wilayah Sulsel sekaligus pembina yang bermukim di Kampus Al Bayan Hidayatullah Makasar.

Walaupun secara fisik kondisi kesehatan beliau mulai menurun langkah pun kadang gemetar, namun spirit juang beliau tidak pernah padam, selalu setia mengawal dan membersamai para santri dan mahasantri menegakkan kultur keilmuan dan ibadah.

Spirit juang tak kenal lelah juga dicontohkan oleh Ust Ahkam Sumadiana yang masih tampak kuat dan bugar di usia yang tak lagi muda. Semangatnya dalam menuntut ilmu berimbang dengan semangat menjaga kekuatan fisik, sehingga tidak heran kalau beliau masih sanggup menempuh perjalanan jauh layaknya bikers muda dan selalu siap memenuhi permintaan ceramah dimana saja dan juga siap menerima tantangan berlaga di lapangan bulutangkis.

Menjaga orientasi hidup, spirit perjuangan dan mentalitas kader menjadi perhatian serius para “Ustadz Senior” untuk mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, pemikiran bahkan perasaan untuk memberikan bimbingan dan memberikan teladan langsung dalam kehidupan nyata, istilah populernya “Mempraktekan langsung di alam kenyataan bukan sekedar beretorika di alam pernyataan”.

Mereka mereka hadir sebagai sosok orangtua dan guru peradaban yang mengayomi dan mengajarkan banyak hal tentang hakekat kehidupan.(*)



BACA JUGA