Tuesday, 10 October 2023 | 08:05 Wita

Geliat Dakwah Hidayatullah Di Toraja Utara

Editor: Humas DPW Hidayatullah Sulsel
Share

Parepare, HidayatullahSulsel.com — Penugasan di Hidayatullah adalah sebuah metode pengkaderan. Jika kita ditugaskan di daerah “basah”, mungkin kita tidak menolak.

Tapi apa jadinya jika penugasan itu di daerah sulit, kita minoritas, dan baru merintis berdirinya pondok?. Kondisi inilah yang dialami oleh Ihsan Shaleh, 37 tahun, dai Hidayatullah yang ditugaskan di Toraja Utara.

Saat Ikhsan diberi SK penugasan pada Januari 2021, oleh DPW Hidayatullah Sulsel, Ikhsan tidak menolak. Ia taat. Ia langsung menerima tugas tersebut. “Sebagai bentuk kekaderan, ya harus diterima” ujar putra kelahiran Toli-Toli, Sulteng ini dengan tegas.

Berat. Itulah yang dirasakan Ikhsan saat mulai awal bertugas. Bagaimana tidak berat, Ikhsan harus berjibaku dengan urusan dakwah dan perintisan pondok di Toraja Utara. Yang namanya merintis, pondoknya sendiri waktu itu belum jelas keberadaannya.

Selain itu, IKhsan juga sudah memiliki tanggungan hidup, seorang isteri dengan empat orang anak. “Sementara waktu itu, rumah juga belum ada di Torut” jelas Ikhsan.

Dengan amanah yang ada, Ikhsan tidak goyah. Ia teguh untuk terus berjuang, maju terus pantang mundur. Prinsip yang diyakininya, “Barang siapa yang menolong agama Allah, pasti Allah akan menolongnya.”

Berbekal natura bulanan sebesar 700 ribu rupiah dari DPW Sulsel, Ikhsan terus bergerak. Untuk tiga bulan pertama, ia bolak balik dari Palopo ke Torut. Hidayatullah Palopo adalah tempat tugasnya, sebelum Ikhsan di pindah ke Torut.

“Sebenarnya, uang natura saja itu tidak cukup untuk transport, apalagi untuk keluarga, tapi yakinlah, pasti ada jalan lain” jelas Ihksan.

Awal tugasnya, Ikhsan belum memboyong keluarga. Ia hanya sendiri, dan terkadang mendapat pendampingan serius dari Ustad Burhan, yang menjadi sesepuh dan lebih dulu bertugas di Tator.

Satu bulan bolak balik Palopo Tator, Ikhsan mendapat tumpangan untuk menginap di Masjid Al Mulsafir, Kec. Sangalla, Kabupaten Toraja. Rekomendasi untuk menempati masjid tersebut atas bantuan dari Ibu Fatmawati salah seorang jamaah, dan Bapak Ali Mustafa, Kepala KUA Kec. Sangalla, Toraja.

Pesantren Hidayatullah Toraja Utara

Sambil menempati rumah tersebut, Ikhsan terus mencari lokasi untuk menjadi cikal bakal kampus Hidayatullah di Torut. Alhamdulillah, selama tiga bulan mencari tempat, Ustad Burhan mendapatkan sebuah rumah, dipinjamkan sementara, untuk dijadikan markaz kampus pesantren Hidayatullah Toraja Utara.

Rumah tersebut tergolong rumah mewah. Berdiri di atas lahan seluas ¼ ha, dengan luas bangunan rumah 20 x 30 meter. Rumah tersebut memiliki 6 kamar, 3 kamar mandi, dapur, ruang tengah, teras belakan, dan taman di sekitarnya.

Rumah tersebut adalah milik Bapak Murad Husain almarhum. Murad Husain dulunya adalah seorang Tator Muslim yang sukses menjadi pengusaha. Rumah besar yang berada di Kelurahan Sa’dan Malimbong, Kecamatan Sa’dan, Kabupaten Torut, kini telah menjadi markaz pesantren Hidayatullah di Torut.

Setelah rumah tersebut resmi dipinjam, melaui surat perjanjian yang ada, baru kemudian Ikhsan membawa semua keluarganya.

Saat ini, dakwah Ikhsan mulai bersemi. Ia sudah bisa mengisi ceramah dan khutbah Jumat di masjid-masjid terpencil di Torut. Bahkan Ikhsan sudah langganan mengisi pengajian di Koramil Torut. Selain itu, Ikhsan juga telah memiliki 10 orang santri, tentunya juga termasuk ke empat anaknya.

Dakwah di Torut memang tidak mudah. Bergeraknya harus pelan-pelan dan diam diam. “Saya hanya sendiri Islam di sini, semua di sekitar non Muslim” ungkap Ikhsan. Pergerakan diam-diam dan pelan ini juga menjadi amanat dari Pak Babinsa di Koramil. “Pelan-pelan saja Ustad,” ujar Ihksan menirukan.

Meskipun tetangga non muslim, tapi semua mereka cukup baik. Bahkan beberapa kali Ikhsan mendapatkan rizki, kiriman daging kerbau dari tetangga yang non muslim. Semoga Ustad Ikhsan Shaleh bisa terus berdakwah di Torut, Amin. (Sarmadani Karani)


Tags:

BACA JUGA